Selasa, 08 Mei 2018

Drupadi Dunia Modern

CERITAHOT | Rita (34) nyaris putus asa dalam menjalani hidup ini. Suaminya, Aryo, justru menjadikannya sebagai seorang pelacur. Aku tak pernah menyangka jika Mas Aryo tega menjual tubuhku. Ketika pertama kali aku mengenalnya, dia adalah laki-laki yang baik dan selalu menjagaku dari berbagai godaan laki-laki lain.
Kami menikah lima tahun yang lalu dan dikarunai seorang anak laki-laki berusia tiga tahun dan kami beri nama Rizal. Perkawinan kami mulus-mulus saja sampai Rizal muncul diantara kami. Tentu saja waktuku banyak tersita untuk mendidik Rizal.
Mas Aryo berkerja di perusahaan swasta yang bergerak di bidang produksi kayu, sedangkan aku hanya tinggal di rumah. Tetapi aku tidak pernah mengeluh. Aku tetap sabar menjalankan tugasku sebagai ibu rumah tangga sebaik-baiknya. Sebenarnya setiap hari bisa saja Mas Aryo pulang sore hari. Tetapi belakangan ini dia selalu pulang terlambat. Bahkan sampai larut malam.
Pernah ketika kutanyakan, kemana saja kalau pulang terlambat. Dia hanya menjawab “Aku mencari penghasilan tambahan Rit”, jawabnya singkat.
Mas Aryo makin sering pulang larut malam, bahkan pernah satu kali dia pulang dengan mulut berbau alkohol, jalannya agak sempoyongan, rupanya dia mabuk. Aku mulai bertanya-tanya, sejak kapan suamiku mulai gemar minum-minum arak.
Selama ini aku tidak pernah melihatnya seperti ini. Kadang-kadang ia memberikan uang belanja lebih padaku. Atau pulang dengan membawa oleh-oleh untuk aku dan Rizal anak kami.
Setiap kali aku menyinggung aktivitasnya, Mas Aryo berusaha menghindari. “Kita jalankan saja peran masing-masing. Aku cari uang dan kamu yang mengurus rumah. Aku tidak pernah menanyakan pekerjaanmu, jadi lebih baik kamu juga begitu”, katanya.
Aku baru bisa menerka-nerka apa aktivitasnya ketika suatu malam, dia memintaku untuk menjual gelang yang kupakai. Ia mengaku kalah bermain judi dengan seseorang dan perlu uang untuk menutupi utang atas kekalahannya, jadi itu yang dilakukannya selama ini.
Sebagai seorang istri yang berusaha berbakti kepada suami, aku memberikan gelang itu. Toh dia juga yang membelikan gelang itu. Aku memang diajarkan untuk menemani suami dalam suka maupun duka.
Suatu sore saat Mas Aryo belum pulang, seorang temannya yang mengaku bernama Bondan berkunjung ke rumah. Kedatangan Bondan inilah yang memicu perubahan dalam rumah tanggaku. Bondan datang untuk menagih utang-utang suamiku kepadanya. Jumlahnya sekitar sepuluh juta rupiah.
Mas Aryo berjanji untuk melunasi utangnya itu. Aku berkata terus-terang bahwa aku tidak tahu-menahu mengenai utang itu, kemudian aku menyuruhnya untuk kembali besok saja.
Tetapi dengan pandangan nakal dia tersenyum, “Lebih baik saya menunggu saja Mbak, itung-itung menemani Mbak.”
Aku agak risih mendengar ucapannya itu, lebih-lebih ketika melihat tatapan liar matanya yang seakan-akan ingin menelanjangi diriku.
“Aryo tidak pernah cerita kepada saya, kalau ia memiliki istri yang begitu cantiknya. Menurut saya, sayang sekali bunga yang indah hanya dipajang di rumah saja” ucap Bondan.
Drupadi Dunia Modern
Taruhan Judi
Aku makin tidak enak hati mendengar ucapan rayuan-rayuan gombalnya itu, Tetapi aku mencoba menahan diri, karena Mas Aryo berutang uang kepadanya. Dalam hati aku berdoa agar Mas Aryo cepat pulang ke rumah, sehingga aku tidak perlu berlama-lama mengenalnya.
Untung saja tak lama kemudian Mas Aryo pulang. Kalau tidak pasti aku sudah muntah mendengar kata-katanya itu. Begitu melihat Bondan, Mas Aryo tampak lemas. Dia tahu pasti Bondan akan menagih hutang-hutangnya itu.
Aku meninggalkan mereka di ruang tamu, Mas Aryo kulihat menyerahkan amplop coklat. Mungkin Mas Aryo sudah bisa melunasi hutangnya. Aku tidak dapat mendengar pembicaraannya, namun kulihat Mas Aryo menunduk dan sesekali terlihat berusaha menyabarkan temannya itu.
Setelah Bondan pulang, Mas Aryo memintaku menyiapkan makan malam. Dia menikmati sajian makan malam tanpa banyak bicara, Aku juga menanyakan apa saja yang dibicarakannya dengan Bondan.
Aku menyadari Mas Aryo sedang suntuk, jadi lebih baik aku menahan diri. Setelah selesai makan, Mas Aryo langsung mandi dan masuk ke kamar tidur, aku menyusul masuk kamar satu jam kemudian setelah berhasil menidurkan Rizal di kamarnya.
Ketika aku memasuki kamar tidur dan menemaninya di ranjang, Mas Aryo kemudian memelukku dan menciumku. Aku tahu dia akan meminta ‘jatahnya’ malam ini. Malam ini dia lain sekali sentuhannya lembut. Pelan-pelan Mas Aryo mulai melepaskan daster putih yang kukenakan, setelah mencumbuiku sebentar, Mas Aryo mulai membuka bra tipis yang kukenakan dan melepaskan celana dalamku.
Setelah itu Mas Aryo sedikit demi sedikit mulai menikmati jengkal demi jengkal seluruh bagian tubuhku, tidak ada yang terlewati. Kemudian aku membantu Mas Aryo untuk melapaskan seluruh pakaian yang dikenakannya, sampai akhirnya aku bisa melihat penis Mas Aryo yang sudah mulai agak menegang, tetapi belum sempurna tegangnya.
Dengan penuh kasih sayang kuraih batang kenikmatan Mas Aryo, kumain-mainkan sebentar dengan kedua belah tanganku, kemudian aku mulai mengulum batang penis suamiku dengan lembutnya. Terasa di dalam mulutku, batang penis Mas Aryo terutama kepala penisnya, mulai terasa hangat dan mengeras. Aku menyedot batang Mas Aryo dengan semampuku, kulihat Mas Aryo begitu bergairah, sesekali matanya terpejam menahan nikmat yang kuberikan kepadanya.
Mas Aryo kemudian membalas, dengan meremas-remas kedua payudaraku yang cukup menantang, 36B. Aku mulai merasakan denyut-denyut kenikmatan mulai bergerak dari puting payudaraku dan mulai menjalar keseluruh bagian tubuhku lainnya, terutama ke vaginaku.
Aku merasakan liang vaginaku mulai terasa basah dan agak gatal, sehingga aku mulai merapatkan kedua belah pahaku dan menggesek-gesekan kedua belah pahaku dengan rapatnya, agar aku dapat mengurangi rasa gatal yang kurasakan di belahan liang vaginaku.
Mas Aryo rupanya tanggap melihat perubahanku, kemudian dengan lidahnya Mas Aryo mulai turun dan mulai mengulum daging kecil clitorisku dengan nafsunya, Aku sangat kewalahan menerima serangannya ini, badanku terasa bergetar menahan nikmat, peluh ditubuhku mulai mengucur dengan deras diiringi erangan-erangan kecil dan napas tertahan ketika kurasakan aku hampir tak mampu menahan kenikmatan yang kurasakan.
Akhirnya seluruh rasa nikmat semakin memuncak, saat penis Mas Aryo, mulai terbenam sedikit demi sedikit ke dalam vaginaku, rasa gatal yang kurasakan sejak tadi berubah menjadi nikmat saat penis Mas Aryo yang telah ereksi sempurna mulai bergerak-gerak maju mundur, seakan-akan menggaruk-garuk gatal yang kurasakan.
Suamiku memang jago dalam permainan ini. Tidak lebih dari lima belas menit aku berteriak kecil saat aku sudah tidak mampu lagi menahan kenikmatan yang kurasakan, tubuhku meregang sekian detik dan akhirnya rubuh di ranjang ketika puncak-puncak kenikamatan kuraih pada saat itu, mataku terpejam sambil menggigit kecil bibirku saat kurasakan vaginaku mengeluarkan denyut-denyut kenikmatannya.
Dan tidak lama kemudian Mas Aryo mencapai puncaknya juga, dia dengan cepatnya menarik penisnya dan beberapa detik kemudian, air maninya tersembur dengan derasnya ke arah tubuh dan wajahku, aku membantunya dengan mengocok penisnya sampai air maninya habis, dan kemudian aku mengulum kembali penisnya sekian lama, sampai akhirnya perlahan-lahan mulai mengurang tegangannya dan mulai lunglai.
“Aku benar-benar puas Rit, kamu memang hebat”, pujinya. Aku masih bergelayut manja di dekapan tubuhnya..
“Rit, kamu memang istriku yang baik, kamu harus bisa mengerti kesulitanku saat ini, dan aku mau kamu membantu aku untuk mengatasinya”, katanya.
“Bukankah selama ini aku sudah begitu Mas”, sahutku. Mas Aryo mengangguk-angguk mendengarkan ucapakanku.
Kemudian ia melanjutkan, “Kamu tahu maksud kedatangan Bondan tadi sore. Dia menagih utang, dan aku hanya sanggup membayar setengah dari keseluruhan utangku. Kemudian setelah lama berbicang-bincang ia menawarkan sebuah jalan keluar kepadaku untuk melunasi hutang-hutangku dengan sebuah syarat”, ucap Mas Aryo.
“Apa syaratnya, Mas?” tanyaku penasaran.
“Rupanya dia menyukaimu, dia minta izinku agar kamu bisa menemani dia semalam saja”, ucap Mas Aryo dengan pelan dan tertahan.
Aku bagai disambar petir saat itu, aku tahu arti ‘menemani’ selama semalam. Itu berarti aku harus melayaninya semalam di ranjang seperti yang kulakukan pada Mas Aryo. Mas Aryo mengerti keterkejutanku.
“Aku sudah tidak tahu lagi dengan apalagi aku harus membayar hutang-hutangku, dia sudah mengancam akan menagih lewat tukang-tukang pukulnya jika aku tidak bisa membayarnya sampai akhir pekan ini”, katanya lirih.
Aku hanya terdiam tak mampu mengomentari perkataannya itu. Aku masih shock memikirkan aku harus rela memberikan seluruh tubuhku kepada lelaki yang belum kukenal selama ini. Sikap diamku ini diartikan lain oleh Mas Aryo.
“Besok kamu ikut aku menemui Bondan”, ujarnya lagi, sambil mencium keningku lalu berangkat tidur. Seketika itu juga aku membenci suamiku. Aku enggan mengikuti keinginan suamiku ini, namun aku juga harus memikirkan keselamatan keluarga, terutama keselamatan suamiku. Mungkin setelah ini ia akan kapok berjudi lagi pikirku.
Drupadi Dunia Modern

Sore hari setelah pulang kerja, Mas Aryo menyuruhku berhias diri dan setelah itu kami berangkat menuju tempat yang dijanjikan sebelumnya, rupanya Mas Aryo mengantarku ke sebuah hotel berbintang. Ketika itu waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 20.00 malam. Selama hidup baru pertama kali ini, aku pergi untuk menginap di hotel.
Ketika pintu kamar di ketuk oleh Mas Aryo, beberapa saat kemudian pintu kamar terbuka, dan kulihat Bondan menyambut kami dengan hangatnya, Suamiku tidak berlama-lama, kemudian ia menyerahkan diriku kepada Bondan, dan kemudian berpamitan.
Dengan lembut Bondan menarik tanganku memasuki ruangan kamarnya. Aku tertunduk malu dan wajahku terasa memerah saat aku merasakan tanganku dijamah oleh seseorang yang bukan suamiku.
Ternyata Bondan tidak seburuk yang kubayangkan, memang matanya terkesan liar dan seakan mau melahap seluruh tubuhku, tetapi sikapnya dan perlakuannya kepadaku tetap tenang, sehingga dikit demi sedikit rasa grogi yang menyerangku mulai memudar.
Bondan menanyakan dengan lembut, aku ingin minum apa. Kusahut aku ingin minum coca-cola, tetapi jawabnya minuman itu tidak ada sekarang ini di kamarnya, kemudian dia mengeluarkan sebotol sampagne dari kulkas dan menuangkannya sedikit sekitar setengah sloki, kemudian disuguhkannya kepadaku.
“Ini bisa menghilangkan sedikit rasa gugup yang kamu rasakan sekarang ini, dan bisa juga membuat tubuhmu sedikit hangat. Kulihat dari tadi kelihatannya kamu agak kedinginan”, ucapnya lagi sambil menyodorkan minuman tersebut.
Kuraih minuman tersebut, dan mulai kuminum secara dikit demi sedikit sampai habis, memang benar beberapa saat kemudian aku merasakan tubuh dan pikiranku agak tenang, rasa gorgi sudah mulai menghilang, dan aku juga merasakan ada aliran hangat yang mengaliri seluruh syaraf-syaraf tubuhku.
Bondan kemudian menyetel lagu-lagu lembut di kamarnya, dan mengajakku berbincang-bincang hal-hal yang ringan. Sekitar 10 menit kami berbicara, aku mulai merasakan agak pening di kepalaku, tubuhkupun limbung.
Kemudian Bondan merebahkan tubuhku ke ranjang. Beberapa menit aku rebahan di atas ranjang membuatku mulai bisa menghilangkan rasa pening di kepalaku.
Tetapi aku mulai merasakan ada perasaan lain yang mengalir pada diriku, ada perasaan denyut-denyut kecil di seluruh tubuhku, semakin lama denyut-denyut tersebut mulai terasa menguat, terutama di bagian-bagian sensitifku. Aku merasakan tubuhku mulai terangsang, meskipun Bondan belum menjamah tubuhku.
Ketika aku mulai tak kuasa lagi menahan rangsangan di tubuhku, napasku mulai memburu terengah-engah, payudaraku seakan-akan mengeras dan benar-benar peka. 
Vaginaku mulai terasa basah dan gatal yang menyengat, perlahan-lahan aku mulai menggesek-gesekkan kedua belah pahaku untuk mengurangi rasa gatal dan merangsang di dalam vaginaku. Tubuhku mulai menggeliat-geliat tak tahan merasakan rangsangan seluruh tubuhku.
Bondan rupanya menikmati tontonan ini, dia memandangi kecantikan wajahku yang kini sedang terengah-engah bertarung melawan rangsangan, nafsunya mulai memanas, tangannya mulai meraba tubuhku tanpa bisa kuhalangi lagi. Remasan-remasan tangannya di payudaraku membuatku tidak tahan lagi, sampai tak sadar aku melorotkan sendiri pakaian yang kukenakan.
Saat pakaian yang kukenakan lepas, Mata Bondan tak lepas memandangi belahan payudaraku yang putih montok dan yang menyembul dan seakan ingin loncat keluar dari bra yang kukenakan.
Tak tahan melihat pemandangan indah ini, Bondan kemudian menggumuliku dengan panasnya sembari tangannya mengarah ke belakang punggungku, tidak lebih dari 3 detik, kancing bra-ku telah lepas, kini payudaraku yang kencang dan padat telah membentang dengan indahnya, Bondan tak mau berlama-lama memandangiku, dengan buasnya lagi ia mencumbuiku, menggumuliku, dan tangannya semakin cepat meremas-remas payudaraku, cairan vaginaku mulai membasahi celana putihku.
Melihat ini, tangan bondan yang sebelahnya lagi mulai bermain-main di celanaku tepat di cairan yang membasahi celanaku, aku merasakan nikmat yang benar-benar luar biasa. Napasku benar-benar memburu, mataku terpejam nikmat saat tangan Bondan mulai memasuki celana dalamku dan memainkan daging kecil yang tersembunyi di kedua belahan rapatnya vaginaku.
Bondan memainkan vaginaku dengan ahlinya, membuatku terpaksa merapatkan kedua belah pahaku untuk agak menetralisir serangan-serangannya, jari-jarinya yang nakal mulai menerobos masuk ke liang tubuhku dan mulai memutar-mutar jarinya di dalam vaginaku.
Tak puas karena celana dalamku agak mengganggu, dengan cepatnya sekali gerakan dia melepaskan celana dalamku. Aku kini benar-benar bugil tanpa tersisa pakaian di tubuhku.
Bondan tertegun sejenak memandangi pesona tubuhku, yang masih bergeliat-geliat melawan rangsangan yang mungkin diakibatkan obat perangsang yang disuguhkan di dalam minumanku.
Dengan cepatnya selagi aku masih merangsang sendiri payudaraku, Bondan melepaskan dengan cepat seluruh pakaian yang dikenakan sampai akhirnya bugil pula. Aku semakin bernafsu melihat batang penis Bondan telah berdiri tegak dengan kerasnya, Besar dan panjang.
Dengan cepat Bondan kembali menggumuliku dengan benar-benar sama-sama dalam puncak terangsang, aku merasakan payudaraku diserang dengan remasan-remasan panas, dan.., ahh.., akupun merasakan batang penis Bondan dengan cepatnya menyeruak menembus liang vaginaku dan menyentuh titik-titik kenikmatan yang ada di dalam liang vaginaku.
Aku menjerit-jerit tertahan dan membalas serangan penisnya dengan menjepitkan kedua belah kakiku ke arah punggungnya sehingga penisnya bisa menerobos secara maksimal ke dalam vaginaku.
Kami bercumbu dengan panasnya, bergumul, setiap kali penis Bondan mulai bergerak masuk menerobos masuk ataupun saat menarik ke arah luar, aku menjepitkan otot-otot vaginaku seperti hendak menahan pipis, saat itu aku merasakan nikmat yang kurasakan berlipat-lipat kali nikmatnya, begitu juga dengan Bondan, dia mulai keteteran menahan kenikmatan tak bisa dihindarinya.
Sampai pada satu titik aku sudah terlihat akan orgasme, Bondan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan hentakan2 penisnya yang dipercerpat.. akhirnya kekuatan pertahananku ambrol.. aku orgasme berulang-ulang dalam waktu 10 detik.. 
Bondan rupanya juga sudah tidak mampu menahan lagi serangannya dia hanya diam sejenak untuk merasakan kenikmatan di puncak-puncak orgasmenya dan beberapa detik kemudian mencabut batang penisnya dan tersemburlan muncratan-muncratan spermanya dengan banyaknya membanjiri wajah dan sebagian berlelehan di belahan payudaraku. Kamipun akhirnya tidur kelelahan setelah bergumul dalam panasnya birahi.
Keesokan paginya, Bondan mengantarku pulang ke rumah. Kulihat suamiku menerimaku dengan muka tertuduk dan berbicara sebentar sementara aku masuk ke kamar anakku untuk melihatnya setelah seharian tidak kuurus.
Setelah kejadian itu, aku dan suamiku sempat tidak berbicara satu sama-lain, sampai akhirnya aku luluh juga saat suamiku minta maaf atas kelakuannya yang menyebabkan masalah ini sampai terjadi, tetapi hal itu tidak berlangsung lama. 
Suamiku kembali terjebak dalam permainan judi. Sehingga secara tidak langsung akulah yang menjadi taruhan di meja judi. Jika menang suamiku akan memberikan oleh-oleh yang banyak kepada kami.
Tetapi jika kalah aku harus rela melayani teman-teman suamiku yang menang judi. Sampai saat ini kejadian ini tetap masih berulang. Oh sampai kapankah penderitaan ini akan berakhir?

Senin, 07 Mei 2018

Nikmatnya Permainan Adik Suamiku

CERITAHOT | Sudah beberapa hari ini Pandu lembur dan selalu pulang hampir jam 9 malam dalam keadaan capek dan sedikit tertekan. Mungkin karena mengejar deadline proyek dari kantornya. Dan karena lembur sialan ini, aku terpaksa mengalah pada keadaan.
Tak mungkin aku mengajak Pandu bercinta dalam keadaan capek berat. Boro2 cium2an, selesai mandi Pandu pasti sudah langsung tergeletak di ranjang, kurang dari 5 menit sudah tertidur pulas. Aku yg ditinggal bengong juga terpaksa tidur, dan puasa bercinta.
Hari ini Pandu pasti masi lembur mengejar deadline proyeknya besok. Aku makan malam sendiri (lagi). Cepat2 aku selesaikan makan malam yg sama sekali tidak menyenangkan, meskipun masak lauk kesukaanku, tetap saja tidak enak kalau dimakan sendiri.
Selesai makan aku langsung mengunci diri di kamar. Maklum, belakangan ini panas banget, mengurung diri di kamar ber-AC, dengan hanya mengenakan tank top tipis serta hot pants mungkin satu2 nya cara buat ngadem.

Jam delapan lewat sedikit aku mendengar suara pintu dibuka. Aku bersorak kegirangan, hari ini ternyata lemburnya tidak sampai jam 9. Lalu aku ngeloyor ke depan menyambut Pandu. Saat daun pintu terbuka, yang nampak malah bukan Pandu, tapi Willi adiknya Pandu. Ada sedikit rasa kecewa nyelip di hati. Tapi yah, karena sudah terlanjur ‘menyambut’ Willi, sekalian tanya basa basi.
“Tumben, jam segini udah nyampe rumah”
“Iya, habis tadi host acara ultah anak2. Ga mungkin kan anak2 disuruh begadang sampai jam 11 malam”
Aku hanya ber-oo ria.

“Biasanya Wi kan lanjut acara lagi bareng temen2 yang ginian.”
Aku tertawa saat berjalan sambil belenggak lenggok dengan sebelah tangan terangkat sampai di depan dada lalu jari tengah dan jempol dilekatkan.
Willi tertawa melihat kelakuanku.
“Temen2 emang banyak yg banci kaleng, tapi aku kan ngga. Buktinya Yuna suka kan sama ini..” katanya sambil mengelus2 penisnya.

Aku tertawa melihat keberaniannya menggodaku. Willi memang bekerja di EO besar ternama di kota ini. Tak heran dia banyak kenal dengan banci2 show dan dancer2 sexy. Tapi herannya Willi jarang hang out dengan dancer2, karena menurutnya mereka gampangan.

“Tuh, masi ada lauk di meja. Makan gih”
“Oke. Tadi uda nyolong kue2 anak yang ultah sih.. Tapi masi blon kenyang. Habis kuenya mungil2 semua.”

Aku hanya senyum2, lalu kembali masuk ke kamar. Tak ada acara lain selain menonton (sinetron). Pindah2 channel juga semua sama, ga ada tontonan yang bermanfaat. Lalu aku mengambil salah satu majalah untuk dibaca. Di luar aku mendengar suara byar byur, pasti Willi sedang mandi.
Berhubung majalah pun sudah pernah kubaca beberapa kali, aku menyerah. Hanya berbaring diam di ranjang dan tentunya sambil membayangkan Pandu. Entah kenapa malah bukan Pandu yang ada di pikiranku, tapi Willi. Tak mungkin aku merayu Willi untuk tidur dengan ku kan? Dimana harga diri? Meskipun aku dan Willi sudah pernah bercinta, seperti yang kuceritakan sebelumnnya, tapi itu kan atas permintaan Pandu.
Belum sempat berpikiran macam2, Willi mengetok pintu dan membuyarkan lamunanku. Dengan malas aku membuka pintu. Sedikit terkejut saat aku melihat Willi hanya memakai boxer andalannya.

“Panas.” saat aku melirik ke arah bawah perutnya.
Lalu Willi masuk ke kamarku tanpa kusuruh.

“Lumayan deh, uda dingin kamarnya. Kamarku masih panas, baru dihidupkan AC nya”
Willi ngoceh2 sendiri lalu duduk di pinggiran ranjang.
Nikmatnya Permainan Adik Suamiku
Pandu memergokiku bersama Willi.


Sebagai wanita dewasa aku tau maksud Willi datang ke kamarku dan ternyata aku juga tak bisa menolak, mengingat aku sudah beberapa hati tidak disentuh Pandu. Aku masih berdiri di dekat pintu dan seribu satu macam pikiran menyerbuku. Akankah kutolak atau ambil saja kesempatan ini?

Birahiku mulai terbakar saat melihat Willi dengan cuek rebahan di ranjangku sehingga tonjolan di balik boxernya nampak jelas. Dan yang paling parah, dia entah sengaja atau tidak memakai boxer ketat warna hitam. Aku paling pantang melihat Pandu pakai boxer hitam. Pasti jadi horny, karena menurutku cowo dengan boxer hitam sexynya minta ampun.

“Ngapain bengong di situ? Yuk, sini..” kata Willi sambil menepuk2 ranjang.
Dan ternyata birahi memang setan, mengalahkan segala2nya, aku pun bagai terhipnotis mendekati Willi.
Begitu duduk di tepian ranjang, Willi bangkit dan menciumiku. Dari bibir, turun ke tengkuk. Sampai merinding aku dibuai kecupan Willi. Aku mendesah, perasaanku melayang. Rasanya sudah lama sekali aku tak dimanjakan seperti ini. Bibir Willi makin lama makin turun, sampai ke buah dada ku. Tangannya yg sedari tadi sudah menyusup ke balik tank top dengan cepat melepas kaitan bra.
Willi berhenti sebentar untuk melepas bajuku lalu melanjutkan permainan lidahnya di ujung payudaraku. Rasanya benar2 nikmat. Tanpa sadar aku sudah terbaring dan Willi sudah menelanjangi kita berdua. Masi setia di babak foreplay, Willi turun ke arah vaginaku yang mulai basah. Willi menusukkan lidahnya ke vaginaku. Seperti gerakannya saat bercinta. Tak ada rasa lain selain kenikmatan tiada tara di bagian sensitifku.
Willi tiba2 menghentikan kegiatannya lalu memutar tubuhnya ke posisi 69. Aku hampir tidak bisa bekerja dengaan benar, meng-oral penisnya yang berdiri tegak dan keras. Sambil mengocok2 penisnya, aku menjilat2 kepala penisnya yang sudah mengeluarkan cairan bening pertanda nikmat dan siap bekerja.
Willi yang sudah terangsang tak mau menunggu lebih lama lagi dan mengganti posisi. Sekarang Willi berdiri di tepi ranjang sementara aku terbaring tepat di depannya. Kakiku diangkat dan disandarkan di bahunya. Pelan2 Willi memasukkan penis tegangnya ke dalam vaginaku. Aahhhh…
Aku benar2 menikmati goyangan Willi. Awalnya lambat lalu diikuti goyangan cepat, kemudian dia melambatkan ritme goyangannya. Begitu seterusnya sampai aku orgasme. Begitu melihatku orgasme, Willi berhenti sebentar, setelah beberapa detik, Willi membalikkan tubuhku ke posisi doggy kesukaannya.
Lalu aku disodok dari belakang. Penisnya keluar masuk vaginaku dengan cepat. Tangannya mencengkram erat pantatku. Aku mengerang nikmat. Dan mungkin kita berdua terbawa suasana sampai2 Pandu yang sudah pulang dan berdiri di ambang pintu tak kuperhatikan. Saat Pandu buka suara, aku baru tersadar dan kaget.
“Keluar.”

Satu kata dengan suara berat membuat Willi tersentak dan mencabut penisnya dari vaginaku dan tampaknya Willi tak berani memandang wajah Pandu. Setelah memakai kembali boxernya, Willi keluar dari kamarku. Tinggal aku yang masih bengong dalam keadaan telanjang. Pandu mendekati ranjang. Dari tatapan matanya aku tau kalau dia marah.
Pandu kemudian mendorongku dengan kasar sampai aku terbaring ke ranjang. Lalu dia sendiri melorotkan celananya. Sorot matanya begitu tajam, aku pun tak berani mamandang lansung ke arah matanya. Lalu Pandu naik ke ranjang dan dengan kasar dia menusukkan penisnya yang juga sudah berdiri tegak, mungkin karena melihat aku dan Willi bercinta entah berapa lama.
Tanpa suara dan masih dengan kasar dia menggoyangkan pinggulnya mencari kenikmatannya sendiri. Aku hanya bisa pasrah diperlakukan begitu. Seperti diperkosa oleh suamiku sendiri. Birahiku yg tadinya menggebu2 sudah hilang sejak Pandu menyodokkan penisnya dengan kasar.
Gerakan Pandu makin lama makin cepat, aku tau sebentar lagi dia akan orgasme. Tanpa mengurangi ritme goyangannya, Pandu akhirnya menyemprotkan spermanya ke dalam liang vaginaku. Lalu Pandu mendekatkan wajahnya ke telingaku.
Nikmatnya Permainan Adik Suamiku
Aku yang sedang kepanasan.


“Hanya ketika kusuruh, Willi boleh menyentuhmu” kata2 itu diucapkan Pandu dengan dingin.

Lalu Pandu berlalu dari hadapanku. Keluar dari kamar dan masuk ke kamar mandi utk mandi.

Willi bagai tak kapok, langsung masuk kembali ke kamarku saat suara air sudah terdengar. Ia memang lebih liar bila dibanding kakaknya.

“Ssttt.. Diam saja.. Belum sempat orgasme kan dengan Pandu? Sini aku kasih”

Aku yang sedikit marah diperlakukan kasar oleh Pandu lalu membuka kakiku lebar2. Willi dengan mudahnya menyusupkan penisnya ke vaginaku. Lalu dengan goyangan2 cepat aku sempat dibuatnya orgasme dua kali sebelum akhirnya dia juga orgasme.

Saat hampir menembak, dia mencabut penisnya dan mengarahkan ke wajahku. Aku mengisap sambil mengocok2 penisnya. Cairan hangat dan kentalnya tertumpah di dalam mulutku. Lalu dengan cepat dia kembali ke kamarnya. Lima menit kemudian Pandu masuk ke kamar dan langsung tidur (membelakangi aku).

Jumat, 04 Mei 2018

Aku Menghianati Kekasihku, Maafkan Aku!

CERITAHOT | Cerita ini merupakan cerita tentang kehidupan seorang gadis muda bernama Anita. Gadis yang saat ini berumur 26 tahun yang berparas cukup menarik walaupun tidak secantik Agnes Monica tetapi tetap saja dia seorang wanita yang cantik.
Kulit kuning langsat yang cenderung bewarna putih membuatnya semakin terlihat lebih menarik dibanding teman sekantornya. Tinggi badannya 155 cm dengan berat badan 47 kg memang bukan ukuran yang pas, walaupun bertubuh relative pendek untuk ukuran proporsional tetapi penampilan dan wajahnya sudah menghapus seluruh kesan itu.
“Anita…hai Anita. Tunggu aku!” seru seorang perempuan dari belakang yang kemudian berlari-lari mengejar Anita yang kala itu memang sedang terburu-buru masuk kedalam kantor. Anita berkantor disebuah perusahaan swasta asing yang terletak di kota Solo. Dia menjadi staff junior di perusahaan itu.
“Hu…uh. Cepat amat sih langkahmu.” Gerutu temannya yang bernama Elisa yang biasa dipanggil Lis atau Elis.
Anita tertawa, “Sorry, aku takut kalau telat absen. Kemaren kan ada karyawan yang sempat kena semprot bos gara-gara telat 5 menit.” Jelas Anita yang kemudian mengambil kartu absennya.
Elisa tetap cemberut, “Halah…alasan aja nih. Lagipula tuh anak kan di semprot gara-gara telatnya selama 1 bulan nonstop. Wajarlah.” Balas Elisa tak mau kalah. Anita hanya terdiam sambil tertawa kecil melihat tingkah teman satu levelnya itu cemberut.
“Eh Nit. Kabarnya kamu sedang dekat dengan cowok yang namanya Agung, anak dari kantor sebelah.” Kata Elisa saat mereka menuju toilet untuk merapikan pakaian.
Anita sedikit kaget namun cepat menguasai keadaan, “Agus mungkin, bukan Agung, emangnya kenapa?” balas Anita sambil merapikan rambutnya di toilet kantor.

Lisa terdiam sejenak lalu berkata lagi, “Jadi rumor itu emang benar yah? Wah bukannya kamu udah punya pacar? Tuh si Frans yang pernah kamu kenalin ke aku itu kan pacar kamu.” Tukas si Elisa.
Anita sekarang yang terdiam. “Dekat kan bukan berarti pacaran Lis. Kami dekat cuman sebagai teman kok. Lagipula dia teman curhat yang menyenangkan bagiku. Walaupun baru 2 bulan kenal tapi sudah enak diajak curhat.” Sahut Anita berusaha membela diri.
Elisa manggut-manggut dan nampaknya sudah tidak meneruskan perihal hubungan temannya itu dengan pria lain, walaupun didalam hatinya mungkin dia tidak percaya akan alasan yang dikemukakan Anita.
Sore harinya saat mereka pulang kerja, tampak seorang pria sudah siap menjemput Anita dengan motor bebeknya di halaman perkir kantor. “Nit. Ayo!” ucap pria itu yang ternyata bernama Agus, karyawan yang kerja di kantor sebelah kantor tempat Anita dan Elisa bekerja. Elisa yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala.
Di dalam hatinya dia pasti berpikir kenapa pria itu selalu menjemput Anita tiap pulang kantor jika tidak ada apa-apa diantara mereka.
Di dalam perjalanan pulang, Agus mengatakan kepada Anita bahwa dia harus ke Jogja besok malam karena ada urusan kantor yang harus diselesaikan, kebetulan Agus ini memang sering dinas keluar tiap akhir pekan. Anita mengangguk mengerti.
“Gimana kalo kamu ikut aku aja ke Jogja. Besok kan hari Sabtu, kamu kan libur. Malamnya kita bisa jalan-jalan.” Agus menawarkan untuk melewatkan malam minggu bersamanya.
Anita agak ragu, “Nggak usahlah mas. Gak enak kalo diliat orang.” Dia mencoba mengelak dengan alasan sekenanya.
Namun Agus tidak menyerah sampai di situ saja. Dia terus melancarkan rayuannya kepada gadis cantik ini. “Emang siapa yang tahu? Lagipula kalau yang lain tahu juga emang ada apa? Toh kita kan gak ganggu mereka Nit. Kamu ikut aja yah.” Rayu pria ini lagi,
Anita berpikir lagi mencoba untuk menolak ajakan Agus namun dalam hati dia juga ingin untuk jalan-jalan bersama pria ini, sejujurnya dia tidak peduli karena dia tahu kalau hubungan mereka berdua hanya sebatas teman dekat, namun karena dia sudah berkomitmen dengan Frans, mau tak mau dia juga harus menjaga diri agar tidak terjadi sesuatu yang nantinya membahayakan komitmen mereka tersebut.
“Aku tahu kalo kamu sebenarnya juga ingin ikut tapi takut kalau ntar pacarmu tahu. Kita kan gak ngapa-ngapain Nit. Nyantai aja lagi. Lagipula kamu khan udah lama pengen ke Jogja tetapi tidak pernah kesampaian soalnya pacarmu jauh. Lah kalau nungguin dia ngajak kamu kan kelamaan Nit. Udah sekali ini aja khan. Kamu khan juga butuh hiburan, kalau di kost terus juga bakalan bosan.” Bujuk Agus kepada Anita.
Anita akhirnya setuju walaupun dalam hatinya masih tersimpan keraguan yang mengganggu batinnya. Dia memang belum tahu kalau keputusannya ini akan berdampak besar nantinya.
Hari berikutnya tepat jam 2 siang, Agus menjemput Anita dengan motornya. Di sekilas memandang Anita dalam-dalam yang saat itu mengenakan jaket warna pink. Dia terlihat manis sekali dengan rambutnya yang sebahu itu.
“Ayo. Kamu udah siap khan?” tanya Agus kepada Anita sambil memegang-megang tas punggung kecil Anita. “Bawa apa aja emangnya?” tanyanya lagi.

Anita cumin tersenyum kecil, “Ada aja. Yuk kita jalan sekarang! Ntar kamu terlambat lagi.” Sahutnya.
Lalu mereka berdua berboncengan menuju kota gudeg Jogja.sekitar jam 4 sore mereka sampai di kantor yang dituju oleh Agus. Setelah menunggu selama 30 menitan akhirnya urusan kantor selesai, ternyata Agus hanya ditugasi untuk menandatangani berkas dan melakukan pengecekan terhadap kondisi pengiriman barang, maklum dia memang bekerja di perusahaan distribusi.
“Nah sekarang kita ke pantai aja yuk, mumpung masih sore.” Kata Agus lalu menggandeng Anita untuk menuju pantai dengan motornya lagi.

Detik demi detik berlalu, tak terasa sudah malam menjelang. Anita masih merasakan ke asyikan deburan ombak yang menjemput kakinya, berlarian dan bercanda dengan Agus di pantai. Sekarang mereka sudah berada di kawasan Malioboro, setelah makan malam mereka menyusuri jalan Malioboro untuk mencari baju dan cinderamata khas Jogja.

Tampak senyum riang nampak dari bibir Anita yang merah muda itu. Gadis ini benar-benar menikmati tiap detik yang dia rasakan kala itu, sejenak stress beban pekerjaannya tiba-tiba lenyap berganti dengan kesenangan.
Aku Menghianati Kekasihku, Maafkan Aku!
Anita.

“Wah udah malam nih. Kita pulang aja sekarang yah mas.” Ajak Anita kepada Agus. Lalu Agus menyetujuinya walaupun dia sebenarnya masih ingin berjalan-jalan ditempat itu.
Saat Agus mencoba menyalakan motornya, ternyata motor tersebut tidak mau menyala. Setelah berulang kali pria ini mencoba tetap tidak berhasil. “Maaf yah Nit motorku tidak mau menyala nih. Atau gini aja, kamu aku antar pakai becak ke halte bus terdekat lalu kamu pulang sendiri ke Solo, aku mau mencari bengkel yang buka di dekat sini biar motorku diperbaiki.” Kata Agus kepada Anita yang nampak sudah gelisah.
“Hah. Lho nanti mas Agus kalau gak ketemu bengkelnya gimana?” sahut Anita tidak enak terhadap pria ini.

“Yah paling nginep sini Nit. Mau gimana lagi. Aku kan nggak mungkin meninggalkan motorku di sini. Kalau sampai hilang k an bisa kacau.” Kata Agus sambil berusaha menyalakan motornya lagi.
“Ya udah kita tungguin bersama aja. Aku gak tega ninggalin mas Agus sendirian disini lagipula aku kan tadi juga ikut bagian senang-senangnya, masa bagian susahnya aku gak mau tahu.” Tukas Anita tetapi tetap saja dia gelisah sambil mencari alternatif lainnya.

Sampai akhirnya pukul 9 malam mereka tidak menemukan bengkel di dekat tempat itu.
Lalu Agus mengatakan kalau sebaiknya mereka mencari tempat untuk menginap saja karena sudah malam dan tidak baik jika harus duduk-duduk tidak jelas di pinggir jalan. Dengan berat hati akhirnya Anita menyetujuinya dan jadilah mereka berdua mencari tempat penginapan yang murah didekat tempat itu.

Agus mengatakan akan masuk duluan untuk mencari tahu apakah masih ada kamar kosong ketika mereka menemukan sebuah penginapan. Setelah 4 kali mencoba akhirnya mereka menemukan sebuah penginapan yang masih memiliki kamar kosong.
“Nit. Disini ada kamar kosong, tapi karena malam minggu maka kamar yang kosong cuman satu aja. Gimana nih?” Agus menjelaskan kalau selain di penginapan itu tidak ada penginapan lain yang kosong.
“Hah. Trus gimana donk. Masa kita harus nginep sekamar berdua mas?” Anita bertambah panik saja. Dia takut kalau terjadi sesuatu walaupun selama ini Agus selalu menjaga tingkah lakunya di hadapan Anita. “Tempat tidurnya ada berapa?” tanyanya lagi.
Agus mendekat, “Nah itulah yang jadi soal, tempat tidurnya tinggal satu tapi besar. Mau gimana lagi, kita udah kemana-mana nyari tapi tidak ketemu yang bagus. Lagipula sekarang sudah terlalu malam untuk keluyuran, dari pada nanti dijalan kenapa-kenapa kan kita juga yang repot.” Agus mencoba menenangkan Anita, dia tahu kalau teman perempuannya itu kebingungan.
Akhirnya walaupun dalam hatinya Anita rikuh dan tak mau tapi karena tidak ada jalan lain mereka mau tak mau menginap satu kamar juga di Jogja. Kamar yang mereka inapi hanya seukuran 3×4 meter dengan kamar mandi dalam yang kecil namun cukup bersih karena terawat. Tempat tidur ukuran besar cukup untuk menampung tubuh 3 orang, sepertinya Anita bisa bernafas sedikit lega karena dia tidak perlu berhimpitan dalam hal tidur bersama dengan temannya itu.
“Nit aku mandi dulu yah?” kata Agus yang kemudian menuju ke kamar mandi di dalam kamar itu selang sejenak kemudian terdengar suara deburan air yang diiringi dengan siulan suara Agus, terlihat riang sekali. Dalam hati Anita geli juga melihat kelakuan Agus temannya itu.
Setelah selesai mandi kemudian Agus mempersilakan Anita untuk giliran mandi. Dara cantik ini membuka pakaiannya satu demi satu di dalam kamar mandi, tak butuh waktu lama akhirnya dia telanjang bulat di dalam kamar mandi tersebut. Buah dadanya yang putih mulus sedikit demi sedikit tersiram air dingin kamar mandi tersebut.
Segar rasanya setelah capek seharian jalan-jalan akhirnya dia dapat melepas penatnya dengan guyuran air yang menyegarkan itu. Saat dia akan menggapai pakaiannya di gantungan baju, tiba-tiba gantungan tersebut copot dan seluruh bajunya basah semua jatuh kelantai kamar mandi. “Aduh!” pekik Anita kaget dan panik.

Agus dari luar menyahut, “Ada apa Nit? Kamu nggak apa-apa khan?” serunya dari luar kamar mandi.
“Gantungan bajunya copot, pakaianku jatuh kelantai dan basah semua nih. Gimana dong?” Anita panik karena pakaian gantinya sudah basah waktu digunakan di pantai tadi dan penuh pasir, jelas tidak mungkin untuk digunakan. Sementara pakaian yang sekarang jauh lebih basah lagi dan tidak mungkin juga untuk digunakan.
“Kamu pakai handuk dulu aja. Kotor nggak? Kalo cuma basah kita tunggu sampai kering dulu, dijemur di gantungan luar di balik pintu kamar kita.” Kata Agus mencoba menenangkan.

Anita mau tak mau dia mengikuti saran dari Agus karena kalau dia nekat yang terjadi malah dia bakalan kedinginan dan terancam masuk angin nantinya. Akhirnya walaupun dengan terpaksa, Anita menggunakan handuk besar untuk menutupi tubuh telanjangnya yang setengah basah itu.

Untungnya handuk tersebut cukup besar untuk menutupi tubuh bugilnya, walaupun bagian bawahnya mepet dan memperlihatkan separuh paha mulus putihnya sementara bagian atas hanya menutupi bagian payudaranya saja sementara bagian atas payudaranya masih terbuka. Dengan rikuh akhirnya dia berjalan keluar, Agus yang melihat pemandangan itu berusaha untuk menutupi rasa malunya terhadap Anita.
Beberapa saat kemudian Anita menggantungkan pakaiannya yang basah itu ke gantungan baju dibalik pintu kamar mereka. Malu juga baginya ketika menjereng celana dalam dan bra miliknya yang satu set bewarna merah bergaris hitam itu di depan Agus.
Lalu Anita duduk disebelah Agus dan mencoba memulai percakapan walaupun akhirnya mereka berdua sama-sama rikuh. Setiap kali pandangan Anita menuju ke tempat lain, Agus sesekali mencuri pandang ke arah tubuh molek Anita terutama di bagian paha putihnya yang sedikit tersingkap karena duduk dan di bagian dadanya.
Obrolan mereka lama-lama merembet keurusan yang lebih pribadi termasuk saat Agus menceritakan kalau dia baru saja putus dengan gadis yang telah dipacarinya selama 3 tahun. Dia merasa dikhianati karena ternyata gadis yang dipacarinya itu telah dijodohkan oleh orang tua sang gadis untuk menikah dengan seorang eksekutif muda yang lebih mapan hidupnya dibandingkan dengan Agus sendiri.
Anita mencoba menghibur Agus sekaligus merasa simpatik dengan penderitaan cinta yang Agus alami saat itu. Kemudian gadis ini gantian bercerita tentang kekasihnya yang bernama Frans.
Mereka telah berpacaran selama 5 tahun sejak mereka pertama kuliah hingga lulus dan sekarang Anita bekerja di perusahaan yang sekarang, sementara Frans bekerja di Jakarta sebelum akhirnya dipindah ke Surabaya. Dengan jarak yang jauh itu membuat komunikasi mereka berkurang drastis, dulu yang waktu masih pacaran mereka masih bisa setiap hari bertemu, sekarang sudah tidak dapat lagi.
Sesekali terjadi pertikaian antara mereka berdua karena sikap keduanya yang kadang tidak mau mengalah satu dengan lainnya. Anita ingin selalu diperhatikan semetara Frans sendiri terbilang sibuk dengan pekerjaannya 6 hari seminggu dari pagi hingga menjelang malam.
Sementara Anita sendiri yang jam kerjanya lebih longgar kadang kala juga malas memulai menghubungi Frans kekasihnya karena ada saatnya dia menginginkan untuk dihubungi lebih dulu. Setidaknya dengan cara seperti itu membuatnya menjadi merasa lebih diperhatikan oleh Frans.
3 bulan terakhir ini memang Frans jarang menhubungi Anita walaupun hanya sebatas telepon atau SMS. Anita sendiri kadang merasa kesepian dengan menghilangnya Frans dari kehidupannya karena dia sangat mencintai pria tersebut. Bahkan di telepon terakhir mereka berdua bertengkar cukup hebat karena Frans menganggap Anita sudah tidak mempunyai waktu untuknya karena selalu tidak mengangkat telepon darinya selama hari-hari terakhir ini padahal Anita sendiri saat itu memang sedang tidak dalam kondisi dapat menerima telepon dengan leluasa karena bekerja, mandi ataupun sedang keluar dengan teman.
Hasilnya Frans malah menuduh Anita ada main dengan pria lain sementara Anita sendiri yang merasa sakit hati mendengar tuduhan itu membalas dengan tidak kalah kerasnya, dia sendiri juga menganggap Frans sudah tidak perhatian lagi padanya karena tidak pernah ada waktu untuk ke kota tempat dia bekerja sekarang sekedar untuk mengunjunginya, terakhir dia berkunjung adalah satu setengah bulan yang lalu.
Hasil akhir dari pertengkaran itu adalah sebuah kerugian bagi keduanya. Baik Frans maupun Anita sama-sama tidak mau mengalah satu dengan yang lain sampai pada akhir percakapan telepon itu.
Anita lalu menitikkan air mata walaupun dia berusaha untuk tidak menangis di hadapan temannya itu kala menceritakan perihal pertengkarannya dengan sang pacar. Namun air mata dara cantik ini terus menetes berderai membasahi pipinya yang putih merona merah itu. Agus-pun langsung membelai rambut Anita sembari memberikan kata-kata penghiburan bagi temannya itu.
Anita menoleh kearas Agus sambil tersenyum, “Maaf ya mas. Aku malah jadi cengeng gini.” Ucap Anita perlahan sambil berusaha menahan tangisnya.
Agus tersenyum sambil memegang tangan Anita dan memainkan jari-jari lentik gadis ini. “Udahlah. Tidak apa-apa lagi Nit. Wajarkan kalau lagi sakit hati terus nangis, itu bukan cengeng kok…lumrah.” Katanya mencoba menghibur Anita.
“Makasih yah mas udah mendengarkan curhatku. Aku nggak tahu harus membicarakan sama siapa lagi karena di keluargaku tidak ada yang bisa diajak ngomong.
Aku Menghianati Kekasihku, Maafkan Aku!
Anita Seksi

Di kantor aku juga tidak leluasa untuk berbicara walaupun dengan Elisa.” Kata Anita sambil menyapu air mata dari pipinya.
Agus tertawa kecil, “Nggak apa-apa lagi Nit. Daripada nanti disimpan dalam hati bisa jadi penyakit. Hehehe…” kata Agus lagi.
Anita merengut, “Kok malah tertawa sih…jahat.” Gadis cantik ini mulai sedikit merajuk manja. Walaupun dimatanya tingkahnya itu hanya bermaksud menganggap Agus sebagai kakaknya karena usianya lebih tua tetapi dimata Agus tingkah Anita itu telah membuat hatinya berdebar kencang.
Anita kemudian mencubit pinggang Agus dengan gemasnya karena tawa Agus barusan, sementara pria itu berusaha menghindar dengan terus tertawa kecil seolah menertawakan Anita. Saat keduanya asyik bercanda, tanpa sadar handuk Anita terlepas ikatannya dan saat itu posisi Anita tepat berhadapan dengan Agus di atas ranjang besar itu.
Kontan saja buah dada Anita langsung terpampang jelas didepan Agus. Buah dadanya yang putih mulus dengan puting bewarna coklat muda itu telah sedikit mengeras mungkin karena hawa dingin. Agus sendiri terkesima dengan pemandangan syur di depannya itu.
Anita berteriak dan bergegas mengangkat handuknya untuk menutupi tubuh bugilnya namun kedua tangannya keburu dicekal tangan Agus. Seolah tak percaya, pandangan Anita menatap lurus ke mata Agus, dimana pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah Anita dan beberapa detik kemudian bibirnya mendarat di bibir mungil Anita dengan mesranya.
Tangan yang sebelumnya mencekal tangan Anita sekarang sudah berganti memeluk tubuh Anita dengan melingkarkan salah satu tangannya di balik punggung gadis cantik ini sementara tangan satunya masih mencekal tangan Anita.
Anita berusaha untuk menyadarkan dirinya dan memberontak tetapi entah kenapa tenaganya seolah-olah hilang ditelan malam. Bahkan dia membiarkan bibirnya dipagut oleh bibir Agus yang dia anggap sebagai temannya itu sementara itu tangan pemuda ini entah disengaja atau tidak bersenggolan dengan payudara Anita yang menggantung bebas itu.
Seolah sedang tersengat aliran listrik, dia tersadar. “Mas. Jangan aku sudah punya pac…ufff.” Belum sempat Anita meneruskan kata-katanya, mulutnya sudah disumpal dengan ciuman dari Agus lagi. Kali ini tangan pemuda itu sudah berani menyentuh payudara Anita dan meremasnya dengan penuh nafsu. Hilang sudah sopan santun yang selama ini dia jaga di depan sang gadis itu.
Sedikit demi sedikit perlawanan Anita goyah juga. Masih dalam posisi duduk di tengah ranjang itu akhirnya dia membiarkan tubuhnya menjadi obyek pelampiasan seksual Agus. Anita mulai membalas ciuman dari Agus dan mereka berdua saling melumat bibir satu sama lain.
Terang saja Agus menganggapnya sebagai lampu hijau dan lebih berani meneruskan aksinya. Kali ini dia sudah menggunakan kedua tangannya untuk meremas-remas payudara Anita.
Gadis ini sebelumnya berusaha menyingkirkan tangan Agus dari dadanya namun sekarang malah seolah meminta agar Agus lebih agresif dalam meremas payudaranya yang indah itu.
Agus lalu mencopoti seluruh pakaiannya termasuk celana dalamnya sehingga mereka berdua benar-benar bugil seluruhnya.
Anita terkesiap melihat penis Agus yang besar, selama ini dia hanya sekali melihat penis secara langsung yaitu penis pacarnya Frans tiap kali mereka peting dikamar kost sewaktu mereka masih kuliah. Walaupun peting tapi keduanya belum pernah melakukan hubungan intim karena Anita selalu mencegah Frans tiap kali pemuda itu berusaha memasukkan batang kejantanannya ke dalam vagina Anita.
Saat itu dia menganggap penis Frans sudah besar dan membuatnya merinding tetapi setelah melihat milik Agus membuatnya menjadi berpikir lain. Batang kemaluan Agus memang sedikit lebih lebar diameternya tetapi yang jelas lebih panjang dari Frans setidaknya sekitar 3-4 centimeter lebih panjang walaupun tidak sekeras milik Frans.
Agus lalu mengarahkan Anita untuk tiduran sementara dia meninduh dara cantik ini untuk menciuminya, mencumbunya habis-habisan. Seluruh tubuh Anita tak ada yang luput dari ciuman, kecupan, jilatan lidah Agus tentu saja yang utama adalah payudaranya yang putih mulus itu. Buah dada Anita berukuran 34 B memang tidak terlalu besar namun proporsional dan kencang, bentuknyapun menggairahkan.
“Akhhh…mas.” Desah Anita tiap kali puting susunya terkena jilatan lidah Agus ataupun kuluman bibir pria itu. Tubuh Anita dibuat kelojotan oleh serangan tanpa henti dari Agus yang membombardir tubuh dara manis itu dengan rangsangan birahi.
Agus lalu sedikit tersentak ketika dia merasakan batang kemaluannya aneh. Ternyata tangan lentik Anita sudah menggenggam batang penis Agus yang sudah menegang dan berliur itu dan kemudian mengocoknya perlahan. “Kok kamu udah ahli Nit? Udah sering yah gituan?” goda Agus sambil mempermainkan puting susu Anita.
Anita hanya tersenyum kecil sambil malu-malu. Mendapat cumbuan tanpa henti dari Agus membuatnya mengalami orgasme. Kedua pahanya mengempit salah satu paha kaki Agus dengan erat dan kemudian keluarlah sedikit cairan cinta dari dalam vagina gadis ini. Anita menjadi malu karena dia telah menunjukkan suatu reaksi yang seharusnya hanya diperlihatkan pada pasangan resminya, setidaknya sejauh ini hanya Frans yang pernah melihat hal ini.
Agus lalu menuju kebagian bawah tubuh Anita dan mencoba membuka paha gadis cantik itu. “Mas jangan. Aku masih perawan.” Cegah Anita ketika penis Agus sudah digesek-gesekkan diantara bibir luar vagina Anita.
“Kamu masih perawan? Kukira kamu udah pernah Nit. Maaf yah…aku nggak tahu.” Kata Agus yang kemudian mengurungkan niatnya untuk melakukan penetrasi.
Anita yang melihat raut muka kecewa Agus merasa tak tega karena dia tahu kalau pria itu sudah menahan rasa gairah untuk menggapai kepuasannya.
Akhirnya Anita melakukan keputusan yang benar-benar tidak dipercayai bahkan oleh dirinya sendiri. Dia mendekati Agus yang masih dalam posisi terlentang di sampingnya lalu meraih batang kemaluan pria tersebut dan memasukkan ke dalam mulutnya. Anita melakukan oral seks/blow job kepada Agus yang selama ini hanya dia anggap sebagai teman biasa.
“Nit.” Agus terkesiap dan berusaha bangkit ke posisi duduk perlahan. Dia tak menyangka kalau gadis itu bakalan mengoral batang penisnya tersebut. Anita sendiri selama ini hanya pernah melakukan blow job kepada Frans kekasihnya.
Dengan perlahan dan telaten, Anita memaju mundurkan bibirnya untuk memblow job penis Agus yang besar panjang itu sambil sesekali tangannya mengocok pelan pangkal batang kemaluan pria tersebut atau membelai lembut kantong zakarnya.
Agus belingsatan mendapatkan mouth service dari Anita ini, apalagi ketika lidah dara manis itu melibas ujung kemaluannya yang sudah berliur itu. Agus tak dapat menahan diri lagi untuk mendesah. Dia tak tahan mendapatkan perlakuan istimewa ini dari gadis yang baru dikenalnya selama 2 bulan ini.

Saat Anita sedang berkonsentrasi untuk memuaskan Agus dengan melakukan oral seks kepada penis pria tersebut, terdengar suara SMS masuk dari handphone-nya. Dia sekilas melihat ke HP tersebut yang tergeletak diatas ranjang tempat dia mencapai kepuasan bersama pria selingkuhannya itu.

Tetapi pandangannya kembali menuju ke Agus yang sudah berlutut dihadapannya ketika penis pria itu masih dalam mulut mungilnya. Agus mendesah agak keras lalu kedua tangannya menekan kepala Anita agar lebih melesakkan batang kemaluannya ke dalam rongga mulut Anita.

Tubuhnya mengejang keras dan Anita tahu benar kalau itu tanda-tandanya bahwa seorang pria akan mencapai orgasmenya, dia lalu berusaha mencabut penis Agus yang masih dihisapnya lalu tepat saat penis itu keluar, dari ujung penis Agus keluar muntahan laar kenikmatan yang cukup banyak memancar membasahi payudara Anita.

Cairan sperma Agus menutupi buah dada Anita dalam sekejap bahkan ada beberapa tetes yang sempat keluar di dalam mulut Anita ketika gadis itu berusaha melepaskan penis Agus dari dalam mulutnya.
Beberapa saat kemudian mereka berdua terjatuh rebah terlentang diatas ranjang besar itu. Agus masih menikmati rasa kenikmatan yang beru saja dia capai bersama dengan Anita. Sementara itu Anita berusaha melupakan kalau dia baru saja menelan cairan sperma Agus walaupun jumlahnya sangat sedikit. Bahkan dia masih sempat mengocok penis pria itu secara spontanitas sehingga penis itu kembali menegang.

Entah setan apa yang merasuki Agus, tiba-tiba pria itu kembali menindih tubuh mungil Anita. Anita yang sudah lemas karena melakukan oral seks selama hampir setengah jam sudah tidak punya tenaga untuk melawan. Dia berusaha protes dari mulut tetapi tidak ada gunanya. Sepertinya Agus sudah menginginkan kepuasan dari lubang lainnya yang ada ditubuh Anita.
Dia sadar apa yang akan dilakukan Agus kepadanya ketika kedua pahanya berhasil dibuka oleh Agus yang kemudian mengarahkan batang kemaluannya yang panjang itu kearah vagina Anita. Batang penis itu lalu membelah bibir vagina Anita yang diiringi dengan rintihan Anita menahan rasa sakitnya.

Penis itu mengalami hambatan ketika berusaha menyeruak rongga vagina Anita lebih jauh lagi. Hanya separuh batang kemaluan itu yang berhasil bercokol didalam liang kewanitaan Anita karena memang vagina gadis ini masih sangat sempit. Anita meringis menahan rasa sakit yang hebat ketika Agus kembali melesakkan penis besarnya kedalam vagina sang gadis.
“Masss…sakit! Udah mas! Hentikan, aku masih perawan mas…” seru Anita namun tidak digubris oleh Agus lagi. Bahkan pria itu lebih keras merobek selaput dara vagina Anita dengan penis panjangnya.

Setelah beberapa menit berusaha, akhirnya Agus berhasil juga melesakkan seluruh penisnya kedalam vagina Anita. Dia lalu mengatur nafasnya dan menghimpun tenaganya lagi lalu mendekap tubuh mungil Anita yang dia tindih.

Anita sadar kalau dia sudah tidak perawan lagi ketika Agus berhasil menjebol seluruh pertahanannya dan merobek selaput dara miliknya. Keperawanan yang selama ini dia jaga bahkan dari pacarnya yang dia cintai sekalipun telah direngut oleh teman yang baru dia kenal selama 2 bulan, ironisnya dia sendiri tak mampu menolak dan mencegah hal itu terjadi.
Air mata Anita meleleh membasahi pipinya yang sudah sedikit basah keringat itu. Terbersit rasa bersalah dari dalam diri Agus namun apa daya, dia sendiri tidak mampu menahan hawa nafsunya. Rasa bersalahnya pupus ketika dia merasakan sensasi luar biasa dari penisnya yang kala itu sudah berada didalam liang vagina Anita. Batang kejantanan kebanggaannya itu sekarang terasa seperti dipijat-pijat lembut oleh denyut vagina Anita dan itu membuatnya merasakan sensasi kepuasan tiada tara walaupun dia belum mencapai orgasmenya di vagina gadis itu.
“Maaf ya Nit. Aku sudah tidak tahan lagi tadi. Aku tidak akan menyia-nyiakan kamu, aku janji.” Kata Agus lalu dia mulai memompa tubuh Anita yang sudah lemas tak berdaya. Anita hanya dapat melihat raut muka Agus yang keenakan ketika pria itu menyodokkan penisnya terus menerus kedalam vaginanya.

Selang beberapa menit kemudian terdengar suara handphone Anita yang berdering, tanda ada telepon masuk. Walaupun sudah ditolak berulang kali oleh Agus tetapi tetap saja telepon itu kembali berdering. Karena takut kalau HP dimatikan bakal mengundang kecurigaan karena panggilan sebelumnya sudah ditolak/reject, maka Agus menyerahkan HP tersebut kepada Anita. “Mending diterima saja Nit. Biar nggak dicurigai. Nanti kamu yang repot kalo sampai ada yang curiga.” Kata Agus memberikan alasan.

Anita yang kala itu masih dalam keadaan shock karena keperawanannya telah hilang tidak dapat berpikir jernih lagi lalu tanpa piker panjang dia menerima panggilan masuk itu tanpa melihat nomor siapa yang tertera di layar panggil.
“Halo. Nit, kok tadi nggak diangkat sih? Kamu masih marah sama aku?” Anita bagai tersambar petir, ternyata itu adalah suara Frans kekasihnya. Sementara itu tubuhnya sedang disetubuhi oleh Agus ketika menerima telepon dari Frans, bahkan Agus seperti tidak menahan diri dengan terus memompa penisnya diliang kewanitaan gadis yang ditindihnya itu.
“Nit. Kok kamu nggak menjawab? Eh tadi aku SMS juga lho. Blom kamu buka yah?” Frans menghujaninya dengan pertanyaan dengan nada saying, jauh berbeda ketika terakhir mereka bercakap-cakap dengan telepon dimana keduanya sama-sama melontarkan kata-kata dengan nada yang tidak enak didengar.

Anita sesenggukan dan tidak dapat berkata-kata karena dia sadar kalau dia sekarang sedang mengkhianati pacar yang sejatinya sangat dia cintai. Apa reaksi Frans jika pacarnya itu mengetahui kalau saat pacarnya itu sedang menelepon dirinya, ternyata sang kekasih hati sedang didalam tindihan pria lain yang sedang menggaulinya setelah merengut keperawanan yang selama ini begitu dijaga. Ironisnya lagi Anita tidak memberikan perlawanan maksimal dan cenderung membiarkan hal itu terjadi.
Anita merintih ketika penis Agus melesak entah untuk yang keberapa kalinya, tapi kali ini lebih brutal. Sepertinya Agus sudah akan mencapai fase orgasme dan mempercepat pompaannya pada vagina Anita. “Nit, aku mau keluar lagi…akhhh…” desah Agus sedikit keras. Dan begitu selesai desahan Agus itu terdengar, sedetik kemudian tubuh pria itu mengejang lagi dan dari ujung kejantanannya kembali menyembur sperma kental yang membasahi relung kemaluan Anita. Agus lalu ambruk diatas tubuh Anita yang kala itu masih memegang HPnya menerima telepon dari Frans.

“Halo Nit. Tadi suara apa?” tanya Frans lagi. Anita kembali meneteskan air matanya yang sudah mulai mengering. Dia lalu memutuskan panggilan telepon itu dan mematikan HP miliknya itu. Dia kembali dalam kesadarannya sambil merasakan perih di liang kemaluannya dimana penis Agus masih bersarang didalamnya, dia menatap wajah dan tubuh pria yang kala itu masih tengkurap menindih tubuh telanjangnya. Dia masih tak percaya kalau dia mampu melakukan ini semua.
Tangannya lalu meraba kearah bibir vaginanya yang sekarang sudah berubah bentuknya seiring dengan lesakan tonggak terlarang milik pria yang notabene berukuran besar dan panjang. Dia melihat cairan merah darah, darah keperawanannya ketika selaput daranya robek oleh sodokan penis Agus, bercampur dengan cairan putih kental yang lengket hasil orgasme dari pria yang masih menindihnya itu. Dia tidak dapat berpikir apakah dia nanti akan hamil oleh benih pria ini atau tidak. Dia hanya berdoa dan berharap agar dia tidak hamil.
“Nit. Aku menyukaimu. Kalau kamu sampai hamil aku bakal bertanggung jawab Nit.” Ucap Agus menenangkan. Pria itu sejujurnya berharap agar upaya itu berhasil menenangkan hati Anita dan merebut hatinya namun dia tidak tahu bahwa Anita sangat mencintai kekasihnya. Walaupun gadis itu terlambat menyadari sebesar apa cintanya pada Frans, tetapi kala dia menyadarinya itu semua sudah terlambat, dia sudah mengkhianati cinta mereka berdua.
Jauh di Surabaya, Frans tidak dapat tidur memikirkan Anita. Dia khawatir kalau gadis itu masih marah padanya. Dia juga menyesal bahwa dia telah bertengkar dengan Anita. Dia bahkan menulis SMS kepada Anita bahwa dia akan segera mencari kerja baru di kota yang sama dengan kota dimana Anita bekerja sehingga mereka lebih sering bertemu.

Seandainya saja Anita membaca SMS itu segera setelah SMS itu masuk mungkin cerita hidupnya bakalan lain. Ahhh…. seandainya saja…