Tampilkan postingan dengan label netorare. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label netorare. Tampilkan semua postingan

Senin, 28 Mei 2018

Aku, Istriku, dan Orang Ketiga

CERITAHOT | Aku dan istriku, Risnawati yang biasa kupanggil dengan Ris, sudah menikah kira-kira 4 tahun. Istriku saat ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga, meskipun sempat kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri.
Sedikit gambaran fisik tentang istriku, Ris pada saat ini berumur 29 tahun, berkulit putih, berambut ikal sepunggung, dengan payudara yang cukup besar (34B) berbentuk bagus sekal, tinggi 155 cm, berat 50 kg, dengan perut rata dan pinggang kecil namun sintal. Pinggulnya serasi dengan bentuk badannya dan kedua bongkahan pantatnya sekali. Secara umum, dia cukup seksi.
Telah lama kami mempunyai fantasi untuk melakukan aktifitas seks threesome. Biasanya, sebelum melakukan Making Love, kami mengawalinya dengan saling menceritakan fantasinya masing-masing. Fantasi yang paling merangsang bagi kami berdua, adalah membayangkan Ris melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain dengan kehadiranku.
Sekadar informasi, Ris memang mempunyai gairah seks yang sangat tinggi, sementara di sisi lain, aku biasanya cuma sanggup ejakulasi satu kali. Setelah ejakulasi, meskipun sekitar satu jam kemudian penisku bisa ereksi lagi, umumnya aku merasa lelah dan tidak bergairah, mungkin akibat beban pekerjaan yang cukup berat.
Karenanya, biasanya ketika dia minta agar bisa mencapai orgasme berikutnya, paling banter aku melakukannya dengan tangan, atau membantunya bermasturbasi dengan dildo. Walaupun demikian selama ini dia bisa merasa puas dengan cara tsb.
Setelah sekian lama mempunyai fantasi tsb, suatu hari aku tanya apakah ia mau merealisasikan fantasi tsb. Pada awalnya ia cuma tersenyum dan mengira aku cuma bercanda. Namun setelah aku desak, ia balik bertanya apakah aku serius. Aku jawab, ya aku serius.
Terus dia tanya lagi apakah nanti aku masih akan tetap sayang sama dia, aku jawab ya, aku akan tetap menyayanginya sepenuh hati, sama seperti sekarang. Lalu aku tambahkan, bahwa motivasi utama aku adalah untuk membuatnya bahagia dan mencapai kepuasan setinggi-tingginya. Melihat wajahnya ketika mencapai orgasme, selain sangat merangsang juga memberikan kepuasan tersendiri bagiku.
Akhirnya dia jawab dia mau melakukannya kalau moodnya mengijinkan. Kemudian aku dan Ris mendiskusikan kira-kira dengan siapa kami melakukannya, akhirnya pilihan datang kepada seorang teman dekatku, namanya Vence biasa kupanggil dengan Ven, yang telah lama kami kenal, namun jarang bertemu karena tinggal di kota lain.
Sejak itu sering fantasi kami melibatkan kehadiran Ven. Usia Ven 33 tahun, sama denganku, meski demikian tubuhnya lebih tinggi kurang lebih 175 cm dan besar serta tegap, maklum dia adalah keturunan campuran Eropa-Indonesia.
Akhirnya setelah beberapa bulan berlalu, aku menghubungi Ven dari kantorku. Setelah berbasa-basi sebentar, lalu aku mulai menceritakan tentang fantasi-fantasi kami. Sebagai sahabat lama, kami terbiasa berbicara terbuka, termasuk masalah seks. Ven tampak antusias mendengar ceritaku dan dia menyatakan kesanggupannya.
Aku, Istriku, dan Orang Ketiga

Mengingat kesibukan bisnisnya, dia merencanakan untuk datang ke kotaku sekitar 2-3 minggu lagi. Tidak lupa aku tegaskan, bahwa semua rencana ini sepenuhnya bergantung kepada kesediaan istriku. Artinya jika pada saat-saat terakhir Ris berubah pikiran, maka sama sekali tidak boleh ada satu pihakpun yang memaksakan kehendaknya. Aku katakan juga, dia tidak boleh berlaku kasar terhadap Ris, sebab kepuasan Ris adalah segala-galanya. Ven setuju dan dapat memakluminya.
Akhirnya waktu yang yang ditunggu tiba, baik Ris maupun aku cukup gugup menghadapi apa yang telah kita rencanakan. Namun aku meyakinkan Ris bahwa dia boleh berubah pikiran kapanpun. Sekitar pukul 6 sore Ven datang, pada saat itu aku masih berada di kantor, Ris mengabarkan kedatangannya melalui telepon. Pukul 7 aku tiba di rumah, tampak Ven telah mandi dan ganti baju dan sedang menonton TV.
Sementara itu Ris sedang berada di kamar mandi. Setelah ngobrol sebentar, kemudian aku masuk ke kamar untuk menyimpan tas dan mengganti pakaian. Pada saat bersamaan Ris baru keluar dari kamar mandi (kamar mandi terletak di dalam ruang tidur kami) dengan hanya memakai handuk. Dia tampak sangat cantik malam itu.
Sementara aku mengganti pakaian, Ris mengenakan daster pendek berwarna merah. Ris tampak cantik dengan daster tersebut, panjang daster tsb hanya sampai ke pertengahan paha, tampak kontras dengan pahanya yang berwarna putih mulus. Sementara Ris masih menyisir rambut dan memakai parfum, aku keluar menemui Ven.
Setelah beberapa saat kami mengobrol, bercerita tentang keadaan masing-masing. Ris kemudian keluar kamar. Ven hampir tak berkedip menatap Ris yang benar-benar tampil seksi malam itu.
Singkat cerita, setelah selesai makan malam kami sama-sama duduk di karpet, menonton acara TV yang saat itu sedang berlangsung. Posisinya Ven, kemudian Ris di tengah menyender di dadaku. Terus terang suasana saat itu agak canggung dan kami benar-benar tidak tahu cara untuk memulai semua rencana yang telah disusun.
Akhirnya aku mengambil inisiatif dengan mulai menyentuh dan melingkarkan tangan di dada Ris dan menyentuh payudaranya dari luar daster. Mendapat tindakan demikian Ris mulai terangsang dan nafasnya mulai tidak teratur. Segera setelah itu, aku lumat bibirnya dan tangan aku mulai menyusup ke balik dasternya. Ternyata saat itu Ris sudah tidak memakai BH. Ris benar-benar terangsang kini.
Pada saat itu tangan Ven mulai mengelus-elus paha Ris yang telah terbuka, karena daster mininya telah terangkat ke atas. Kaki Ris yang tadinya tertekuk ditarik, sehingga sekarang Ris berada dalam posisi duduk sambil bersandar padaku dengan kedua pahanya yang agak terbuka dan kaki melonjor ke depan. Tangan Ven mulai bergerilya pada bagian paha atas Ris.
Kemudian Ven menarik tangan Ris dan meletakkannya di atas pangkuan Ven. Secara reflek, dalam keadaan terangsang, Ris mengusap-usap kemaluan Ven yang telah tegang dari luar celananya. Bagian bawah celana Ven terlihat menggembung besar. Layaknya penipu profesional, kemaluan itu membuat terperangah.
Aku mengira-ngira betapa besar kemaluan Ven ini. Sementara bibirku mulai menyusur leher dan belakang telinganya (bagian yang paling sensitif baginya). Setelah itu aku berbisik di telinga Ris, inilah saat untuk merealisasikan fantasi kita. Lalu aku melepaskan pelukanku untuk memberi kesempatan pada Ven untuk beraksi.
Sekarang Ven mulai mengambil alih permainan selanjutnya. Ditariknya Ris ke pelukannya dan tangannya yang satu langsung mendekap payudara Ris yang sebelah kanan, sedangkan tangannya yang satu mengelus-elus punggung Ris sambil mulutnya melumat bibir Ris dengan gemas.
Tangan Ven yang berada di payudara Ris disisipkan pada belahan daster Ris yang terbuka dan mulai memelintir dengan halus ujung putingnya yang telah mengeras. Kemudian Ven menarik tangan Ris ke arah resluiting celana Ven yang telah terbuka dan menyusupkan tangannya memegang kemaluan Ven yang telah tegang itu. Kelihatan Ris agak tersentak ketika terpegang senjata Ven yang tampaknya besar itu.
Setelah beberapa saat mengelusnya, kemudian Ris membuka celana Ven sehingga kemaluannya tiba-tiba melonjak keluar, seakan-akan baru bebas dari kungkungan dan sekarang dengan jelas terlihat. Aku sangat terkejut melihat kemaluan Ven yang sangat besar dan panjang itu.
Kemaluan yang sebesar itu hanya ada di film-film BF barat saja. Batang penisnya berdiameter 7 cm dikelilingi oleh urat-urat yang melingkar dan pada ujung kepalanya berbentuk topi baja yang sangat besar, panjangnya mungkin lebih dari 20 cm, pada bagian pangkalnya ditumbuhi dengan rambut pirang yang lebat.
Setelah keluar dari celananya kelihatan seram, jauh lebih panjang dan besar dari punyaku. Sesaat Ris menoleh ke arahku, dari sinar matanya yang agak panik, tampak dia agak ketakutan dan tidak menduga akan menghadapi penis yang sebesar itu. Aku mulanya juga agak ragu-ragu, tapi untuk menghentikan ini, kelihatannya sudah kepalang, karena tidak enak hati pada Ven yang telah bersedia memenuhi keinginan kami itu.
Aku, Istriku dan Orang Ketiga

Kemudian aku mengangguk sambil tersenyum memberi semangat pada Ris. Mendapatkan persetujuanku dan dorongan semangat itu, Ris kemudian dengan kedua tangannya memegang penis Ven dan mulutnya mendekat ke kemaluan Ven. Ris mulai menjilati kepala penis Ven yang besar itu.
Kemudian setelah cukup basah oleh air ludahnya, perlahan Ris mulai memasukkan penis Ven ke dalam mulutnya. Terlihat sangat susah bagi Ris untuk bisa memasukkan penis yang besar itu ke dalam mulutnya. Terlihat mulutnya harus dibuka lebar-lebar untuk bisa menampung penis Ven yang dahsyat itu. Ven tampak sangat menikmati isapan Ris itu.
Kira-kira sepuluh menit Ris mengulum kemaluan Ven, kemudian Ven menarik kepala Ris dan mendekatkan ke mukanya dan kemudian melumat bibir Ris. Ris balas melumat bibir Ven dengan ganasnya, sementara tangan Ven merambah ke payudara Ris dan mulai membuka daster Ris.
Setelah daster terlepas, sambil tetap berciuman, tangan Ven mulai menyusup ke balik celana dalam Ris yang berwarna cream sambil memainkan clitoris Ris. Tangan Ris sendiri tidak tinggal diam, ia terus mengelus kemaluan Ven yang semakin menegang.
Kemudian Ven menggendong Ris dan membawanya ke kamar tidur tamu. Terlihat Ris sangat kecil dalam gendongannya, dibandingkan badan Ven yang besar itu. Secara perlahan kemudian Ven meletakkan Ris di ranjang dan membuka celana dalam Ris. Hingga kini Ris telah telanjang bulat.
Tampak kulitnya yang putih dan vaginanya yang tanpa rambut (Ris biasa mencukur bulu vaginanya secara teratur) merekah dan tampak basah. Kemudian Ven perlahan-lahan mengarahkan bibirnya ke leher Ris, kemudian turun ke dadanya dan mulai melumat puting payudara Ris bergantian.
Sementara itu aku terus memperhatikan dari pintu kamar dengan menahan birahi yang sangat memuncak. Setelah puas bermain-main di payudara Ris, Ven kemudian mulai menciumi pusar Ris sampai akhirnya mulai menjilati lubang vagina Ris yang semakin basah.
Setelah berlangsung kira-kira 30 menit, tampak Ris mulai mendekati orgasme, mengetahui demikian, Ven kemudian mulai mengarahkan penisnya ke vagina Ris yang makin merekah. Sebelum memasukkan penisnya, tidak lupa Ven menggosok-gosok kepala penisnya pada bibir vagina Ris. Badan Ris menggelinjang kegelian merasakan gosokan penis Ven pada vaginanya.
Perlahan-lahan Ven mulai memasukkan penisnya ke vagina Ris. Ris berusaha membantu dengan membuka bibir vaginanya lebar-lebar. Kelihatannya sangat sulit untuk penis sebesar itu masuk ke dalam lubang vagina Ris yang kecil. Tangan Ven yang satu memegang pinggul Ris sambil menariknya ke atas, sehingga pantat Ris agak terangkat dari tempat tidur, sedangkan tangannya yang satu memegang batang penisnya yang ditekan masuk ke dalam vagina Ris.
Sementara Ven sedang berusaha memasukkan penisnya kedalam memiaw Ris, badan Ris terlihat menggelinjang-gelinjang dan dari mulutnya terdengar suara, “aahh.., aahh.., sshh.., sshh”, seperti orang sedang kepedasan. Pada waktu Ven mulai menekan penisnya, terdengar jeritan tertahan dari mulut Ris, “Aduuhh.., sakiitt.., Veenn.., pelan-pelan.., doong”.
Ven agak menghentikan kegiatannya sebentar untuk memberikan kesempatan pada Ris mengambil nafas, kemudian Ven melanjutkan kembali usahanya untuk menaklukkan vagina Ris.
Aku agak kasihan juga melihat keadaan itu, disamping itu melihat badan Ris yang menggeliat-geliat dan tangannya yang mencengkeram alas tempat tidur dengan kuat, membuatku terangsang dengan hebat. Ven dengan pasti tetap mendorong kemaluannya masuk secara perlahan-lahan ke dalam vagina Ris.
Akhirnya sesaat kemudian, hampir seluruh kemaluan Ven masuk ke dalam vagina Ris. Ven kemudian menggerakkan penisnya keluar masuk dengan irama yang teratur, sementara Ris mengimbangi dengan mengerakkan pantatnya. Tidak lama kemudian, Ris mencapai klimaks. Tubuhnya mengejang dan mulutnya mengeluarkan jeritan tertahan, “Aku sampaai Veenn.., peluk aku kuat-kuat”.
Bersamaan dengan itu, kakinya melingkar di pinggang Ven dan mengunci dengan erat. Sementara Ven hampir tidak bisa bergerak dan hanya menekankan kemaluannya ke dalam vagina Ris sekuat mungkin. Tak lama, Ris mulai tampak rileks dan melonggarkan kakinya yang melingkar di pinggang Ven.
Sementara Ven kemudian meneruskan gerakan keluar-masuk penisnya secara perlahan-lahan dan Ris hanya diam kelelahan dengan nafas yang tidak teratur. Tidak lama, tampaknya birahi Ris mulai bangkit lagi dan menggerakkan pantatnya lagi. Maklum wanita kan bisa mengalami multiple orgasme.
Tidak lama kemudian, Ven mencabut penisnya dari vagina Ris dan meminta Ris untuk menungging. Kemudian Ven memasukkan kemaluannya ke vagina Ris dari belakang. Aku yang sejak tadi hanya menyaksikan mulai tidak tahan, kemudian aku mendekat, membuka celana, dan mengarahkan kemaluanku yang sudah sangat tegang ke mulut Ris.
Dengan sangat bernafsu, Ris mengulum penisku sementara Ven tampak menggerakan pinggulnya semakin cepat. Tidak lama kemudian tampaknya Ven hampir mencapai klimaksnya dan mengerakkan pantatnya dengan sangat cepat. Ris mengimbangi gerakan Ven dan melepaskan penisku dari mulutnya, sambil mengeluarkan erangan Ris berkata, “Ayo Ven gerakkan yang cepat.., ah.., uh”.
Setelah itu Ven ejakulasi dan menekankan pantatnya rapat-rapat sehingga pinggulnya menempel ketat pada pinggul Ris. Dan pada saat hampir bersamaan Ris pun kembali mencapai orgasme. Tak lama Ven mencabut penisnya dan tidur telentang di samping Ris.
Aku kemudian duduk di kursi sofa yang ada di ruang tidur itu dan menarik Ris. Perlahan Ris jongkok di atasku dan mulai menurunkan vaginanya yang tampak membengkak ke arah kemaluanku (mungkin akibat barang Ven yang sangat besar itu). 
Dengan mudah penisku masuk ke dalam vagina Ris, maklum setelah cukup lama barang Ven yang besar itu keluar masuk, membuat vagina Ris agak melar. Walau demikian, aku tidak bisa menahan ejakulasi terlalu lama, mungkin akibat pengaruh situasi, tidak lama penisku memuntahkan cairan sperma di dalam vagina Ris, sampai meluber keluar.
Tampak Ven terbaring dengan lesu di ranjang dan aku di sofa. Tampaknya energi kami benar-benar terkuras. Sementara Ris kemudian pergi ke kamar mandi, untuk pipis dan membersihkan sisa-sisa spermaku di vaginanya. Kira-kira setengah jam kami beristirahat, Ris berinisiatif mengulum kemaluan Ven yang masih mengkerut. Sementara aku hanya memperhatikan.
Tidak lama, kemaluan Ven mulai membesar lagi setelah beberapa saat dikulum. Ris kemudian mengangkangkan kakinya di atas Ven yang telentang tidur dan menghadapkan wajahnya ke arah penis Ven. Ven kemudian menjilati vagina Ris sampai ke lubang anusnya, dan Ris sendiri sibuk mengulum dan menghisap penis Ven. Melihat pemandangan ini, kemaluanku pun mulai menegang kembali.
Tak lama Ris bangun dan duduk di atas Ven, kemudian Ris memasukkan penis Ven ke vaginanya dengan posisi Ris di atas. Ris menaik-turunkan pantatnya dengan bibir vagina mencengkeram penis Ven dengan erat. Ketika Ris menaikkan pantatnya, bibir vaginanya turut tetarik keluar mencengkeram kemaluan Ven. Sungguh pemandangan yang sangat mengairahkan.
Makin lama gerakan Ris makin cepat dan tak lama Ris tampak mencapai orgasmenya dan menekankan pantatnya kuat-kuat sehingga penis Ven masuk seluruhnya. Setelah itu Ris menarik pantatnya dan jongkok di tepi ranjang sambil mengulum kemaluan Ven. Sementara vaginanya mengarah ke arahku. Melihat pemandangan demikian, aku memasukkan penisku ke vagina Ris dari belakang, sementara mulutnya sibuk mengulum kemaluan Ven keluar masuk.
Kira-kira sepuluh menit kemudian, Ris kembali mencapai orgasmenya dan aku rasakan vaginanya menjepit penisku dengan erat. Tak lama aku pun kembali mencapai ejakulasi. Setelah itu Ris mengelap sisa air maniku yang tertinggal di mulut vaginanya dengan handuk kecil, Ris kemudian berbaring di ranjang dan Ven kembali memasukkan penisnya ke vagina Ris.
Setelah hampir satu jam, dan Ris telah mencapai dua kali orgasme lagi, barulah Ven pun mencapai orgasmenya, namun kali ini Ven mengeluarkan penisnya dari vagina Ris, sehingga spermanya muncrat ke payudara dan perut Ris. Sambil tersenyum Ris membalurkan sperma tsb ke seluruh dada dan perutnya, untuk menikmati kehangatannya.
Setelah itu Ris kemudian mengelapnya dengan handuk kecil. Sementara Ven tampak kelelahan namun sangat menikmati. Ven kemudian mencium bibir Ris, istriku dan memeluknya. Ris berkata bahwa ia sangat menikmati malam itu dan tersenyum manis kepadaku. Kemudian mereka berdua tertidur di ranjang dengan tubuh telanjang, sementara aku tertidur kelelahan di atas sofa.

Jumat, 04 Mei 2018

Aku Menghianati Kekasihku, Maafkan Aku!

CERITAHOT | Cerita ini merupakan cerita tentang kehidupan seorang gadis muda bernama Anita. Gadis yang saat ini berumur 26 tahun yang berparas cukup menarik walaupun tidak secantik Agnes Monica tetapi tetap saja dia seorang wanita yang cantik.
Kulit kuning langsat yang cenderung bewarna putih membuatnya semakin terlihat lebih menarik dibanding teman sekantornya. Tinggi badannya 155 cm dengan berat badan 47 kg memang bukan ukuran yang pas, walaupun bertubuh relative pendek untuk ukuran proporsional tetapi penampilan dan wajahnya sudah menghapus seluruh kesan itu.
“Anita…hai Anita. Tunggu aku!” seru seorang perempuan dari belakang yang kemudian berlari-lari mengejar Anita yang kala itu memang sedang terburu-buru masuk kedalam kantor. Anita berkantor disebuah perusahaan swasta asing yang terletak di kota Solo. Dia menjadi staff junior di perusahaan itu.
“Hu…uh. Cepat amat sih langkahmu.” Gerutu temannya yang bernama Elisa yang biasa dipanggil Lis atau Elis.
Anita tertawa, “Sorry, aku takut kalau telat absen. Kemaren kan ada karyawan yang sempat kena semprot bos gara-gara telat 5 menit.” Jelas Anita yang kemudian mengambil kartu absennya.
Elisa tetap cemberut, “Halah…alasan aja nih. Lagipula tuh anak kan di semprot gara-gara telatnya selama 1 bulan nonstop. Wajarlah.” Balas Elisa tak mau kalah. Anita hanya terdiam sambil tertawa kecil melihat tingkah teman satu levelnya itu cemberut.
“Eh Nit. Kabarnya kamu sedang dekat dengan cowok yang namanya Agung, anak dari kantor sebelah.” Kata Elisa saat mereka menuju toilet untuk merapikan pakaian.
Anita sedikit kaget namun cepat menguasai keadaan, “Agus mungkin, bukan Agung, emangnya kenapa?” balas Anita sambil merapikan rambutnya di toilet kantor.

Lisa terdiam sejenak lalu berkata lagi, “Jadi rumor itu emang benar yah? Wah bukannya kamu udah punya pacar? Tuh si Frans yang pernah kamu kenalin ke aku itu kan pacar kamu.” Tukas si Elisa.
Anita sekarang yang terdiam. “Dekat kan bukan berarti pacaran Lis. Kami dekat cuman sebagai teman kok. Lagipula dia teman curhat yang menyenangkan bagiku. Walaupun baru 2 bulan kenal tapi sudah enak diajak curhat.” Sahut Anita berusaha membela diri.
Elisa manggut-manggut dan nampaknya sudah tidak meneruskan perihal hubungan temannya itu dengan pria lain, walaupun didalam hatinya mungkin dia tidak percaya akan alasan yang dikemukakan Anita.
Sore harinya saat mereka pulang kerja, tampak seorang pria sudah siap menjemput Anita dengan motor bebeknya di halaman perkir kantor. “Nit. Ayo!” ucap pria itu yang ternyata bernama Agus, karyawan yang kerja di kantor sebelah kantor tempat Anita dan Elisa bekerja. Elisa yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala.
Di dalam hatinya dia pasti berpikir kenapa pria itu selalu menjemput Anita tiap pulang kantor jika tidak ada apa-apa diantara mereka.
Di dalam perjalanan pulang, Agus mengatakan kepada Anita bahwa dia harus ke Jogja besok malam karena ada urusan kantor yang harus diselesaikan, kebetulan Agus ini memang sering dinas keluar tiap akhir pekan. Anita mengangguk mengerti.
“Gimana kalo kamu ikut aku aja ke Jogja. Besok kan hari Sabtu, kamu kan libur. Malamnya kita bisa jalan-jalan.” Agus menawarkan untuk melewatkan malam minggu bersamanya.
Anita agak ragu, “Nggak usahlah mas. Gak enak kalo diliat orang.” Dia mencoba mengelak dengan alasan sekenanya.
Namun Agus tidak menyerah sampai di situ saja. Dia terus melancarkan rayuannya kepada gadis cantik ini. “Emang siapa yang tahu? Lagipula kalau yang lain tahu juga emang ada apa? Toh kita kan gak ganggu mereka Nit. Kamu ikut aja yah.” Rayu pria ini lagi,
Anita berpikir lagi mencoba untuk menolak ajakan Agus namun dalam hati dia juga ingin untuk jalan-jalan bersama pria ini, sejujurnya dia tidak peduli karena dia tahu kalau hubungan mereka berdua hanya sebatas teman dekat, namun karena dia sudah berkomitmen dengan Frans, mau tak mau dia juga harus menjaga diri agar tidak terjadi sesuatu yang nantinya membahayakan komitmen mereka tersebut.
“Aku tahu kalo kamu sebenarnya juga ingin ikut tapi takut kalau ntar pacarmu tahu. Kita kan gak ngapa-ngapain Nit. Nyantai aja lagi. Lagipula kamu khan udah lama pengen ke Jogja tetapi tidak pernah kesampaian soalnya pacarmu jauh. Lah kalau nungguin dia ngajak kamu kan kelamaan Nit. Udah sekali ini aja khan. Kamu khan juga butuh hiburan, kalau di kost terus juga bakalan bosan.” Bujuk Agus kepada Anita.
Anita akhirnya setuju walaupun dalam hatinya masih tersimpan keraguan yang mengganggu batinnya. Dia memang belum tahu kalau keputusannya ini akan berdampak besar nantinya.
Hari berikutnya tepat jam 2 siang, Agus menjemput Anita dengan motornya. Di sekilas memandang Anita dalam-dalam yang saat itu mengenakan jaket warna pink. Dia terlihat manis sekali dengan rambutnya yang sebahu itu.
“Ayo. Kamu udah siap khan?” tanya Agus kepada Anita sambil memegang-megang tas punggung kecil Anita. “Bawa apa aja emangnya?” tanyanya lagi.

Anita cumin tersenyum kecil, “Ada aja. Yuk kita jalan sekarang! Ntar kamu terlambat lagi.” Sahutnya.
Lalu mereka berdua berboncengan menuju kota gudeg Jogja.sekitar jam 4 sore mereka sampai di kantor yang dituju oleh Agus. Setelah menunggu selama 30 menitan akhirnya urusan kantor selesai, ternyata Agus hanya ditugasi untuk menandatangani berkas dan melakukan pengecekan terhadap kondisi pengiriman barang, maklum dia memang bekerja di perusahaan distribusi.
“Nah sekarang kita ke pantai aja yuk, mumpung masih sore.” Kata Agus lalu menggandeng Anita untuk menuju pantai dengan motornya lagi.

Detik demi detik berlalu, tak terasa sudah malam menjelang. Anita masih merasakan ke asyikan deburan ombak yang menjemput kakinya, berlarian dan bercanda dengan Agus di pantai. Sekarang mereka sudah berada di kawasan Malioboro, setelah makan malam mereka menyusuri jalan Malioboro untuk mencari baju dan cinderamata khas Jogja.

Tampak senyum riang nampak dari bibir Anita yang merah muda itu. Gadis ini benar-benar menikmati tiap detik yang dia rasakan kala itu, sejenak stress beban pekerjaannya tiba-tiba lenyap berganti dengan kesenangan.
Aku Menghianati Kekasihku, Maafkan Aku!
Anita.

“Wah udah malam nih. Kita pulang aja sekarang yah mas.” Ajak Anita kepada Agus. Lalu Agus menyetujuinya walaupun dia sebenarnya masih ingin berjalan-jalan ditempat itu.
Saat Agus mencoba menyalakan motornya, ternyata motor tersebut tidak mau menyala. Setelah berulang kali pria ini mencoba tetap tidak berhasil. “Maaf yah Nit motorku tidak mau menyala nih. Atau gini aja, kamu aku antar pakai becak ke halte bus terdekat lalu kamu pulang sendiri ke Solo, aku mau mencari bengkel yang buka di dekat sini biar motorku diperbaiki.” Kata Agus kepada Anita yang nampak sudah gelisah.
“Hah. Lho nanti mas Agus kalau gak ketemu bengkelnya gimana?” sahut Anita tidak enak terhadap pria ini.

“Yah paling nginep sini Nit. Mau gimana lagi. Aku kan nggak mungkin meninggalkan motorku di sini. Kalau sampai hilang k an bisa kacau.” Kata Agus sambil berusaha menyalakan motornya lagi.
“Ya udah kita tungguin bersama aja. Aku gak tega ninggalin mas Agus sendirian disini lagipula aku kan tadi juga ikut bagian senang-senangnya, masa bagian susahnya aku gak mau tahu.” Tukas Anita tetapi tetap saja dia gelisah sambil mencari alternatif lainnya.

Sampai akhirnya pukul 9 malam mereka tidak menemukan bengkel di dekat tempat itu.
Lalu Agus mengatakan kalau sebaiknya mereka mencari tempat untuk menginap saja karena sudah malam dan tidak baik jika harus duduk-duduk tidak jelas di pinggir jalan. Dengan berat hati akhirnya Anita menyetujuinya dan jadilah mereka berdua mencari tempat penginapan yang murah didekat tempat itu.

Agus mengatakan akan masuk duluan untuk mencari tahu apakah masih ada kamar kosong ketika mereka menemukan sebuah penginapan. Setelah 4 kali mencoba akhirnya mereka menemukan sebuah penginapan yang masih memiliki kamar kosong.
“Nit. Disini ada kamar kosong, tapi karena malam minggu maka kamar yang kosong cuman satu aja. Gimana nih?” Agus menjelaskan kalau selain di penginapan itu tidak ada penginapan lain yang kosong.
“Hah. Trus gimana donk. Masa kita harus nginep sekamar berdua mas?” Anita bertambah panik saja. Dia takut kalau terjadi sesuatu walaupun selama ini Agus selalu menjaga tingkah lakunya di hadapan Anita. “Tempat tidurnya ada berapa?” tanyanya lagi.
Agus mendekat, “Nah itulah yang jadi soal, tempat tidurnya tinggal satu tapi besar. Mau gimana lagi, kita udah kemana-mana nyari tapi tidak ketemu yang bagus. Lagipula sekarang sudah terlalu malam untuk keluyuran, dari pada nanti dijalan kenapa-kenapa kan kita juga yang repot.” Agus mencoba menenangkan Anita, dia tahu kalau teman perempuannya itu kebingungan.
Akhirnya walaupun dalam hatinya Anita rikuh dan tak mau tapi karena tidak ada jalan lain mereka mau tak mau menginap satu kamar juga di Jogja. Kamar yang mereka inapi hanya seukuran 3×4 meter dengan kamar mandi dalam yang kecil namun cukup bersih karena terawat. Tempat tidur ukuran besar cukup untuk menampung tubuh 3 orang, sepertinya Anita bisa bernafas sedikit lega karena dia tidak perlu berhimpitan dalam hal tidur bersama dengan temannya itu.
“Nit aku mandi dulu yah?” kata Agus yang kemudian menuju ke kamar mandi di dalam kamar itu selang sejenak kemudian terdengar suara deburan air yang diiringi dengan siulan suara Agus, terlihat riang sekali. Dalam hati Anita geli juga melihat kelakuan Agus temannya itu.
Setelah selesai mandi kemudian Agus mempersilakan Anita untuk giliran mandi. Dara cantik ini membuka pakaiannya satu demi satu di dalam kamar mandi, tak butuh waktu lama akhirnya dia telanjang bulat di dalam kamar mandi tersebut. Buah dadanya yang putih mulus sedikit demi sedikit tersiram air dingin kamar mandi tersebut.
Segar rasanya setelah capek seharian jalan-jalan akhirnya dia dapat melepas penatnya dengan guyuran air yang menyegarkan itu. Saat dia akan menggapai pakaiannya di gantungan baju, tiba-tiba gantungan tersebut copot dan seluruh bajunya basah semua jatuh kelantai kamar mandi. “Aduh!” pekik Anita kaget dan panik.

Agus dari luar menyahut, “Ada apa Nit? Kamu nggak apa-apa khan?” serunya dari luar kamar mandi.
“Gantungan bajunya copot, pakaianku jatuh kelantai dan basah semua nih. Gimana dong?” Anita panik karena pakaian gantinya sudah basah waktu digunakan di pantai tadi dan penuh pasir, jelas tidak mungkin untuk digunakan. Sementara pakaian yang sekarang jauh lebih basah lagi dan tidak mungkin juga untuk digunakan.
“Kamu pakai handuk dulu aja. Kotor nggak? Kalo cuma basah kita tunggu sampai kering dulu, dijemur di gantungan luar di balik pintu kamar kita.” Kata Agus mencoba menenangkan.

Anita mau tak mau dia mengikuti saran dari Agus karena kalau dia nekat yang terjadi malah dia bakalan kedinginan dan terancam masuk angin nantinya. Akhirnya walaupun dengan terpaksa, Anita menggunakan handuk besar untuk menutupi tubuh telanjangnya yang setengah basah itu.

Untungnya handuk tersebut cukup besar untuk menutupi tubuh bugilnya, walaupun bagian bawahnya mepet dan memperlihatkan separuh paha mulus putihnya sementara bagian atas hanya menutupi bagian payudaranya saja sementara bagian atas payudaranya masih terbuka. Dengan rikuh akhirnya dia berjalan keluar, Agus yang melihat pemandangan itu berusaha untuk menutupi rasa malunya terhadap Anita.
Beberapa saat kemudian Anita menggantungkan pakaiannya yang basah itu ke gantungan baju dibalik pintu kamar mereka. Malu juga baginya ketika menjereng celana dalam dan bra miliknya yang satu set bewarna merah bergaris hitam itu di depan Agus.
Lalu Anita duduk disebelah Agus dan mencoba memulai percakapan walaupun akhirnya mereka berdua sama-sama rikuh. Setiap kali pandangan Anita menuju ke tempat lain, Agus sesekali mencuri pandang ke arah tubuh molek Anita terutama di bagian paha putihnya yang sedikit tersingkap karena duduk dan di bagian dadanya.
Obrolan mereka lama-lama merembet keurusan yang lebih pribadi termasuk saat Agus menceritakan kalau dia baru saja putus dengan gadis yang telah dipacarinya selama 3 tahun. Dia merasa dikhianati karena ternyata gadis yang dipacarinya itu telah dijodohkan oleh orang tua sang gadis untuk menikah dengan seorang eksekutif muda yang lebih mapan hidupnya dibandingkan dengan Agus sendiri.
Anita mencoba menghibur Agus sekaligus merasa simpatik dengan penderitaan cinta yang Agus alami saat itu. Kemudian gadis ini gantian bercerita tentang kekasihnya yang bernama Frans.
Mereka telah berpacaran selama 5 tahun sejak mereka pertama kuliah hingga lulus dan sekarang Anita bekerja di perusahaan yang sekarang, sementara Frans bekerja di Jakarta sebelum akhirnya dipindah ke Surabaya. Dengan jarak yang jauh itu membuat komunikasi mereka berkurang drastis, dulu yang waktu masih pacaran mereka masih bisa setiap hari bertemu, sekarang sudah tidak dapat lagi.
Sesekali terjadi pertikaian antara mereka berdua karena sikap keduanya yang kadang tidak mau mengalah satu dengan lainnya. Anita ingin selalu diperhatikan semetara Frans sendiri terbilang sibuk dengan pekerjaannya 6 hari seminggu dari pagi hingga menjelang malam.
Sementara Anita sendiri yang jam kerjanya lebih longgar kadang kala juga malas memulai menghubungi Frans kekasihnya karena ada saatnya dia menginginkan untuk dihubungi lebih dulu. Setidaknya dengan cara seperti itu membuatnya menjadi merasa lebih diperhatikan oleh Frans.
3 bulan terakhir ini memang Frans jarang menhubungi Anita walaupun hanya sebatas telepon atau SMS. Anita sendiri kadang merasa kesepian dengan menghilangnya Frans dari kehidupannya karena dia sangat mencintai pria tersebut. Bahkan di telepon terakhir mereka berdua bertengkar cukup hebat karena Frans menganggap Anita sudah tidak mempunyai waktu untuknya karena selalu tidak mengangkat telepon darinya selama hari-hari terakhir ini padahal Anita sendiri saat itu memang sedang tidak dalam kondisi dapat menerima telepon dengan leluasa karena bekerja, mandi ataupun sedang keluar dengan teman.
Hasilnya Frans malah menuduh Anita ada main dengan pria lain sementara Anita sendiri yang merasa sakit hati mendengar tuduhan itu membalas dengan tidak kalah kerasnya, dia sendiri juga menganggap Frans sudah tidak perhatian lagi padanya karena tidak pernah ada waktu untuk ke kota tempat dia bekerja sekarang sekedar untuk mengunjunginya, terakhir dia berkunjung adalah satu setengah bulan yang lalu.
Hasil akhir dari pertengkaran itu adalah sebuah kerugian bagi keduanya. Baik Frans maupun Anita sama-sama tidak mau mengalah satu dengan yang lain sampai pada akhir percakapan telepon itu.
Anita lalu menitikkan air mata walaupun dia berusaha untuk tidak menangis di hadapan temannya itu kala menceritakan perihal pertengkarannya dengan sang pacar. Namun air mata dara cantik ini terus menetes berderai membasahi pipinya yang putih merona merah itu. Agus-pun langsung membelai rambut Anita sembari memberikan kata-kata penghiburan bagi temannya itu.
Anita menoleh kearas Agus sambil tersenyum, “Maaf ya mas. Aku malah jadi cengeng gini.” Ucap Anita perlahan sambil berusaha menahan tangisnya.
Agus tersenyum sambil memegang tangan Anita dan memainkan jari-jari lentik gadis ini. “Udahlah. Tidak apa-apa lagi Nit. Wajarkan kalau lagi sakit hati terus nangis, itu bukan cengeng kok…lumrah.” Katanya mencoba menghibur Anita.
“Makasih yah mas udah mendengarkan curhatku. Aku nggak tahu harus membicarakan sama siapa lagi karena di keluargaku tidak ada yang bisa diajak ngomong.
Aku Menghianati Kekasihku, Maafkan Aku!
Anita Seksi

Di kantor aku juga tidak leluasa untuk berbicara walaupun dengan Elisa.” Kata Anita sambil menyapu air mata dari pipinya.
Agus tertawa kecil, “Nggak apa-apa lagi Nit. Daripada nanti disimpan dalam hati bisa jadi penyakit. Hehehe…” kata Agus lagi.
Anita merengut, “Kok malah tertawa sih…jahat.” Gadis cantik ini mulai sedikit merajuk manja. Walaupun dimatanya tingkahnya itu hanya bermaksud menganggap Agus sebagai kakaknya karena usianya lebih tua tetapi dimata Agus tingkah Anita itu telah membuat hatinya berdebar kencang.
Anita kemudian mencubit pinggang Agus dengan gemasnya karena tawa Agus barusan, sementara pria itu berusaha menghindar dengan terus tertawa kecil seolah menertawakan Anita. Saat keduanya asyik bercanda, tanpa sadar handuk Anita terlepas ikatannya dan saat itu posisi Anita tepat berhadapan dengan Agus di atas ranjang besar itu.
Kontan saja buah dada Anita langsung terpampang jelas didepan Agus. Buah dadanya yang putih mulus dengan puting bewarna coklat muda itu telah sedikit mengeras mungkin karena hawa dingin. Agus sendiri terkesima dengan pemandangan syur di depannya itu.
Anita berteriak dan bergegas mengangkat handuknya untuk menutupi tubuh bugilnya namun kedua tangannya keburu dicekal tangan Agus. Seolah tak percaya, pandangan Anita menatap lurus ke mata Agus, dimana pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah Anita dan beberapa detik kemudian bibirnya mendarat di bibir mungil Anita dengan mesranya.
Tangan yang sebelumnya mencekal tangan Anita sekarang sudah berganti memeluk tubuh Anita dengan melingkarkan salah satu tangannya di balik punggung gadis cantik ini sementara tangan satunya masih mencekal tangan Anita.
Anita berusaha untuk menyadarkan dirinya dan memberontak tetapi entah kenapa tenaganya seolah-olah hilang ditelan malam. Bahkan dia membiarkan bibirnya dipagut oleh bibir Agus yang dia anggap sebagai temannya itu sementara itu tangan pemuda ini entah disengaja atau tidak bersenggolan dengan payudara Anita yang menggantung bebas itu.
Seolah sedang tersengat aliran listrik, dia tersadar. “Mas. Jangan aku sudah punya pac…ufff.” Belum sempat Anita meneruskan kata-katanya, mulutnya sudah disumpal dengan ciuman dari Agus lagi. Kali ini tangan pemuda itu sudah berani menyentuh payudara Anita dan meremasnya dengan penuh nafsu. Hilang sudah sopan santun yang selama ini dia jaga di depan sang gadis itu.
Sedikit demi sedikit perlawanan Anita goyah juga. Masih dalam posisi duduk di tengah ranjang itu akhirnya dia membiarkan tubuhnya menjadi obyek pelampiasan seksual Agus. Anita mulai membalas ciuman dari Agus dan mereka berdua saling melumat bibir satu sama lain.
Terang saja Agus menganggapnya sebagai lampu hijau dan lebih berani meneruskan aksinya. Kali ini dia sudah menggunakan kedua tangannya untuk meremas-remas payudara Anita.
Gadis ini sebelumnya berusaha menyingkirkan tangan Agus dari dadanya namun sekarang malah seolah meminta agar Agus lebih agresif dalam meremas payudaranya yang indah itu.
Agus lalu mencopoti seluruh pakaiannya termasuk celana dalamnya sehingga mereka berdua benar-benar bugil seluruhnya.
Anita terkesiap melihat penis Agus yang besar, selama ini dia hanya sekali melihat penis secara langsung yaitu penis pacarnya Frans tiap kali mereka peting dikamar kost sewaktu mereka masih kuliah. Walaupun peting tapi keduanya belum pernah melakukan hubungan intim karena Anita selalu mencegah Frans tiap kali pemuda itu berusaha memasukkan batang kejantanannya ke dalam vagina Anita.
Saat itu dia menganggap penis Frans sudah besar dan membuatnya merinding tetapi setelah melihat milik Agus membuatnya menjadi berpikir lain. Batang kemaluan Agus memang sedikit lebih lebar diameternya tetapi yang jelas lebih panjang dari Frans setidaknya sekitar 3-4 centimeter lebih panjang walaupun tidak sekeras milik Frans.
Agus lalu mengarahkan Anita untuk tiduran sementara dia meninduh dara cantik ini untuk menciuminya, mencumbunya habis-habisan. Seluruh tubuh Anita tak ada yang luput dari ciuman, kecupan, jilatan lidah Agus tentu saja yang utama adalah payudaranya yang putih mulus itu. Buah dada Anita berukuran 34 B memang tidak terlalu besar namun proporsional dan kencang, bentuknyapun menggairahkan.
“Akhhh…mas.” Desah Anita tiap kali puting susunya terkena jilatan lidah Agus ataupun kuluman bibir pria itu. Tubuh Anita dibuat kelojotan oleh serangan tanpa henti dari Agus yang membombardir tubuh dara manis itu dengan rangsangan birahi.
Agus lalu sedikit tersentak ketika dia merasakan batang kemaluannya aneh. Ternyata tangan lentik Anita sudah menggenggam batang penis Agus yang sudah menegang dan berliur itu dan kemudian mengocoknya perlahan. “Kok kamu udah ahli Nit? Udah sering yah gituan?” goda Agus sambil mempermainkan puting susu Anita.
Anita hanya tersenyum kecil sambil malu-malu. Mendapat cumbuan tanpa henti dari Agus membuatnya mengalami orgasme. Kedua pahanya mengempit salah satu paha kaki Agus dengan erat dan kemudian keluarlah sedikit cairan cinta dari dalam vagina gadis ini. Anita menjadi malu karena dia telah menunjukkan suatu reaksi yang seharusnya hanya diperlihatkan pada pasangan resminya, setidaknya sejauh ini hanya Frans yang pernah melihat hal ini.
Agus lalu menuju kebagian bawah tubuh Anita dan mencoba membuka paha gadis cantik itu. “Mas jangan. Aku masih perawan.” Cegah Anita ketika penis Agus sudah digesek-gesekkan diantara bibir luar vagina Anita.
“Kamu masih perawan? Kukira kamu udah pernah Nit. Maaf yah…aku nggak tahu.” Kata Agus yang kemudian mengurungkan niatnya untuk melakukan penetrasi.
Anita yang melihat raut muka kecewa Agus merasa tak tega karena dia tahu kalau pria itu sudah menahan rasa gairah untuk menggapai kepuasannya.
Akhirnya Anita melakukan keputusan yang benar-benar tidak dipercayai bahkan oleh dirinya sendiri. Dia mendekati Agus yang masih dalam posisi terlentang di sampingnya lalu meraih batang kemaluan pria tersebut dan memasukkan ke dalam mulutnya. Anita melakukan oral seks/blow job kepada Agus yang selama ini hanya dia anggap sebagai teman biasa.
“Nit.” Agus terkesiap dan berusaha bangkit ke posisi duduk perlahan. Dia tak menyangka kalau gadis itu bakalan mengoral batang penisnya tersebut. Anita sendiri selama ini hanya pernah melakukan blow job kepada Frans kekasihnya.
Dengan perlahan dan telaten, Anita memaju mundurkan bibirnya untuk memblow job penis Agus yang besar panjang itu sambil sesekali tangannya mengocok pelan pangkal batang kemaluan pria tersebut atau membelai lembut kantong zakarnya.
Agus belingsatan mendapatkan mouth service dari Anita ini, apalagi ketika lidah dara manis itu melibas ujung kemaluannya yang sudah berliur itu. Agus tak dapat menahan diri lagi untuk mendesah. Dia tak tahan mendapatkan perlakuan istimewa ini dari gadis yang baru dikenalnya selama 2 bulan ini.

Saat Anita sedang berkonsentrasi untuk memuaskan Agus dengan melakukan oral seks kepada penis pria tersebut, terdengar suara SMS masuk dari handphone-nya. Dia sekilas melihat ke HP tersebut yang tergeletak diatas ranjang tempat dia mencapai kepuasan bersama pria selingkuhannya itu.

Tetapi pandangannya kembali menuju ke Agus yang sudah berlutut dihadapannya ketika penis pria itu masih dalam mulut mungilnya. Agus mendesah agak keras lalu kedua tangannya menekan kepala Anita agar lebih melesakkan batang kemaluannya ke dalam rongga mulut Anita.

Tubuhnya mengejang keras dan Anita tahu benar kalau itu tanda-tandanya bahwa seorang pria akan mencapai orgasmenya, dia lalu berusaha mencabut penis Agus yang masih dihisapnya lalu tepat saat penis itu keluar, dari ujung penis Agus keluar muntahan laar kenikmatan yang cukup banyak memancar membasahi payudara Anita.

Cairan sperma Agus menutupi buah dada Anita dalam sekejap bahkan ada beberapa tetes yang sempat keluar di dalam mulut Anita ketika gadis itu berusaha melepaskan penis Agus dari dalam mulutnya.
Beberapa saat kemudian mereka berdua terjatuh rebah terlentang diatas ranjang besar itu. Agus masih menikmati rasa kenikmatan yang beru saja dia capai bersama dengan Anita. Sementara itu Anita berusaha melupakan kalau dia baru saja menelan cairan sperma Agus walaupun jumlahnya sangat sedikit. Bahkan dia masih sempat mengocok penis pria itu secara spontanitas sehingga penis itu kembali menegang.

Entah setan apa yang merasuki Agus, tiba-tiba pria itu kembali menindih tubuh mungil Anita. Anita yang sudah lemas karena melakukan oral seks selama hampir setengah jam sudah tidak punya tenaga untuk melawan. Dia berusaha protes dari mulut tetapi tidak ada gunanya. Sepertinya Agus sudah menginginkan kepuasan dari lubang lainnya yang ada ditubuh Anita.
Dia sadar apa yang akan dilakukan Agus kepadanya ketika kedua pahanya berhasil dibuka oleh Agus yang kemudian mengarahkan batang kemaluannya yang panjang itu kearah vagina Anita. Batang penis itu lalu membelah bibir vagina Anita yang diiringi dengan rintihan Anita menahan rasa sakitnya.

Penis itu mengalami hambatan ketika berusaha menyeruak rongga vagina Anita lebih jauh lagi. Hanya separuh batang kemaluan itu yang berhasil bercokol didalam liang kewanitaan Anita karena memang vagina gadis ini masih sangat sempit. Anita meringis menahan rasa sakit yang hebat ketika Agus kembali melesakkan penis besarnya kedalam vagina sang gadis.
“Masss…sakit! Udah mas! Hentikan, aku masih perawan mas…” seru Anita namun tidak digubris oleh Agus lagi. Bahkan pria itu lebih keras merobek selaput dara vagina Anita dengan penis panjangnya.

Setelah beberapa menit berusaha, akhirnya Agus berhasil juga melesakkan seluruh penisnya kedalam vagina Anita. Dia lalu mengatur nafasnya dan menghimpun tenaganya lagi lalu mendekap tubuh mungil Anita yang dia tindih.

Anita sadar kalau dia sudah tidak perawan lagi ketika Agus berhasil menjebol seluruh pertahanannya dan merobek selaput dara miliknya. Keperawanan yang selama ini dia jaga bahkan dari pacarnya yang dia cintai sekalipun telah direngut oleh teman yang baru dia kenal selama 2 bulan, ironisnya dia sendiri tak mampu menolak dan mencegah hal itu terjadi.
Air mata Anita meleleh membasahi pipinya yang sudah sedikit basah keringat itu. Terbersit rasa bersalah dari dalam diri Agus namun apa daya, dia sendiri tidak mampu menahan hawa nafsunya. Rasa bersalahnya pupus ketika dia merasakan sensasi luar biasa dari penisnya yang kala itu sudah berada didalam liang vagina Anita. Batang kejantanan kebanggaannya itu sekarang terasa seperti dipijat-pijat lembut oleh denyut vagina Anita dan itu membuatnya merasakan sensasi kepuasan tiada tara walaupun dia belum mencapai orgasmenya di vagina gadis itu.
“Maaf ya Nit. Aku sudah tidak tahan lagi tadi. Aku tidak akan menyia-nyiakan kamu, aku janji.” Kata Agus lalu dia mulai memompa tubuh Anita yang sudah lemas tak berdaya. Anita hanya dapat melihat raut muka Agus yang keenakan ketika pria itu menyodokkan penisnya terus menerus kedalam vaginanya.

Selang beberapa menit kemudian terdengar suara handphone Anita yang berdering, tanda ada telepon masuk. Walaupun sudah ditolak berulang kali oleh Agus tetapi tetap saja telepon itu kembali berdering. Karena takut kalau HP dimatikan bakal mengundang kecurigaan karena panggilan sebelumnya sudah ditolak/reject, maka Agus menyerahkan HP tersebut kepada Anita. “Mending diterima saja Nit. Biar nggak dicurigai. Nanti kamu yang repot kalo sampai ada yang curiga.” Kata Agus memberikan alasan.

Anita yang kala itu masih dalam keadaan shock karena keperawanannya telah hilang tidak dapat berpikir jernih lagi lalu tanpa piker panjang dia menerima panggilan masuk itu tanpa melihat nomor siapa yang tertera di layar panggil.
“Halo. Nit, kok tadi nggak diangkat sih? Kamu masih marah sama aku?” Anita bagai tersambar petir, ternyata itu adalah suara Frans kekasihnya. Sementara itu tubuhnya sedang disetubuhi oleh Agus ketika menerima telepon dari Frans, bahkan Agus seperti tidak menahan diri dengan terus memompa penisnya diliang kewanitaan gadis yang ditindihnya itu.
“Nit. Kok kamu nggak menjawab? Eh tadi aku SMS juga lho. Blom kamu buka yah?” Frans menghujaninya dengan pertanyaan dengan nada saying, jauh berbeda ketika terakhir mereka bercakap-cakap dengan telepon dimana keduanya sama-sama melontarkan kata-kata dengan nada yang tidak enak didengar.

Anita sesenggukan dan tidak dapat berkata-kata karena dia sadar kalau dia sekarang sedang mengkhianati pacar yang sejatinya sangat dia cintai. Apa reaksi Frans jika pacarnya itu mengetahui kalau saat pacarnya itu sedang menelepon dirinya, ternyata sang kekasih hati sedang didalam tindihan pria lain yang sedang menggaulinya setelah merengut keperawanan yang selama ini begitu dijaga. Ironisnya lagi Anita tidak memberikan perlawanan maksimal dan cenderung membiarkan hal itu terjadi.
Anita merintih ketika penis Agus melesak entah untuk yang keberapa kalinya, tapi kali ini lebih brutal. Sepertinya Agus sudah akan mencapai fase orgasme dan mempercepat pompaannya pada vagina Anita. “Nit, aku mau keluar lagi…akhhh…” desah Agus sedikit keras. Dan begitu selesai desahan Agus itu terdengar, sedetik kemudian tubuh pria itu mengejang lagi dan dari ujung kejantanannya kembali menyembur sperma kental yang membasahi relung kemaluan Anita. Agus lalu ambruk diatas tubuh Anita yang kala itu masih memegang HPnya menerima telepon dari Frans.

“Halo Nit. Tadi suara apa?” tanya Frans lagi. Anita kembali meneteskan air matanya yang sudah mulai mengering. Dia lalu memutuskan panggilan telepon itu dan mematikan HP miliknya itu. Dia kembali dalam kesadarannya sambil merasakan perih di liang kemaluannya dimana penis Agus masih bersarang didalamnya, dia menatap wajah dan tubuh pria yang kala itu masih tengkurap menindih tubuh telanjangnya. Dia masih tak percaya kalau dia mampu melakukan ini semua.
Tangannya lalu meraba kearah bibir vaginanya yang sekarang sudah berubah bentuknya seiring dengan lesakan tonggak terlarang milik pria yang notabene berukuran besar dan panjang. Dia melihat cairan merah darah, darah keperawanannya ketika selaput daranya robek oleh sodokan penis Agus, bercampur dengan cairan putih kental yang lengket hasil orgasme dari pria yang masih menindihnya itu. Dia tidak dapat berpikir apakah dia nanti akan hamil oleh benih pria ini atau tidak. Dia hanya berdoa dan berharap agar dia tidak hamil.
“Nit. Aku menyukaimu. Kalau kamu sampai hamil aku bakal bertanggung jawab Nit.” Ucap Agus menenangkan. Pria itu sejujurnya berharap agar upaya itu berhasil menenangkan hati Anita dan merebut hatinya namun dia tidak tahu bahwa Anita sangat mencintai kekasihnya. Walaupun gadis itu terlambat menyadari sebesar apa cintanya pada Frans, tetapi kala dia menyadarinya itu semua sudah terlambat, dia sudah mengkhianati cinta mereka berdua.
Jauh di Surabaya, Frans tidak dapat tidur memikirkan Anita. Dia khawatir kalau gadis itu masih marah padanya. Dia juga menyesal bahwa dia telah bertengkar dengan Anita. Dia bahkan menulis SMS kepada Anita bahwa dia akan segera mencari kerja baru di kota yang sama dengan kota dimana Anita bekerja sehingga mereka lebih sering bertemu.

Seandainya saja Anita membaca SMS itu segera setelah SMS itu masuk mungkin cerita hidupnya bakalan lain. Ahhh…. seandainya saja…